REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengintensifkan pengawasan lalu lintas ternak di daerah perbatasan sebagai antisipasi kasus antraks pada hewan menyusul temuan kasus tersebut di wilayah Gunungkidul.
"Kami mengintensifkan pengawasan, terutama daerah perbatasan, seperti Kecamatan Piyungan, Pleret, Dlingodan Imogiri," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul Joko Waluyo saat dikonfirmasi terkait antisipasi antraks di Bantul, Rabu (5/7/2023).
Selain di wilayah perbatasan, kata dia, pihaknya juga melakukan pengawasan di Pasar Hewan Imogiri, karena pasar hewan terbesar di Bantul tersebut banyak mendatangkan ternak dari wilayah Wonogiri, Pacitan, juga dari Wonosari, Gunungkidul, DIY.
"Kami juga melakukan pengawasan di rumah potong hewan dan jagal-jagal di wilayah Pleret, karena di Pleret itu banyak 'blantik' dan jagal, kami khawatir kalau mendatangkan ternak dari daerah endemis," katanya.
Joko juga mengatakan, melalui petugas kesehatan yang ada di pusat kesehatan hewan (puskeswan) wilayah Bantul juga melakukan disinfektan ke kandang-kandang ternak milik kelompok untuk antisipasi berbagai penyakit hewan.
"Kebetulan di kami itu masih banyak stok disinfektan waktu penanggulangan PMK (penyakit mulut dan kuku) pada ternak dulu," katanya.
Pihaknya mulai Selasa (4/7/2023) malam juga sudah menggerakkan teman teman dari puskeswan untuk memeriksa kondisi kesehatan ternak di kandang-kandang kelompok maupun pemilik hewan ternak dalam jumlah banyak.
"Termasuk untuk mengadakan dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang antraks dan antisipasinya," katanya.
Dengan berbagai antisipasi dan langkah pencegahan tersebut, kata dia, harapannya tidak ada kasus antraks di Bantul, apalagi penyakit tersebut bisa menular ke manusia.
"Kita di Bantul belum pernah terjadi kasus antraks. Yang pernah itu kan baru Kulon Progo, Gunungkidul, Sleman dan Kota (Yogyakarta). Insya Allah, Bantul jangan sampai," katanya.