Rabu 05 Jul 2023 23:32 WIB

Pemerintah Diminta Siapkan Kebijakan Perlindungan Anak Terhadap Ancaman Diabetes Melitus

Saat ini Diabetel Melitus tipe 2 sudah diderita oleh anak berusia 6-7 tahun.

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat.
Foto: dok pribadi
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (Ririe) meminta pemerintah membuat kebijakan untuk memberi perlindungan pada anak-anak terhadap ancaman diabetes melitus. Menurutnya, saat ini, Indonesia belum memiliki kebijakan perlindungan menyeluruh terkait penerapan pola hidup sehat sejak dini.

Ririe menilai, kejadian diabetel melitus terhadap anak meningkat dua kali lipat berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem ini menilai pemerintah juga perlu menggencarkan literasi kesehatan untuk mencegah konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula tinggi.

Baca Juga

"Pola hidup yang kurang sehat dengan konsumsi makanan dan minuman yang memiliki kandungan gula tinggi saat ini menjadi rutinitas kehidupan anak-anak. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan," kata Ririe dalam keterangan, Rabu (5/7/2023).

Anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Tengah II ini menambahkan, pemerintah tidak boleh tutup mata dengan peningkatan kasus diabetel melitus di Indonesia. Sebab, ancaman kesehatan terhadap anak bukan hanya menyangkut kesehatan semata, melainkan juga masa depan Bangsa Indonesia.

Menurutnya, dengan memperhatikan masalah yang dihadapi anak-anak saat ini seperti kasus diabetes melitus, berarti juga sedang berupaya memperbaiki masa depan bangsa ke arah yang lebih baik. Ririe meminta seluruh pihak, bisa bersama-sama mendorong berbagai langkah antisipatif hingga solusi untuk mencegah dan mengatasi ancaman diabetes terhadap anak di Indonesia.

Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus (DM) dan Gangguan Metabolik, Kementerian Kesehatan, dr Esti Widiastuti, mengaku prevalensi DM pada rentang 2013-2022 meningkat drastis. Pada 2021, tercatat 6,7 juta orang meninggal karena menderita diabetes. Pada tahun yang sama 1,2 juta anak menderita diabetes tipe 1.

Esti mengatakan, faktor risiko penyebab DM sangat erat dengan gaya hidup. Dia memerkirakan jumlah penderita DM tipe 1 di Indonesia bisa jadi lebih tinggi dari yang tercatat, karena rendahnya upaya deteksi dini sehingga tidak terdiagnosa. Secara keseluruhan, biaya pelayanan kesehatan terkait DM dan sejumlah penyakit yang dipicunya seperti stroke, jantung, dan kanker di Indonesia pada 2019 tercatat lebih dari Rp 8 triliun.

Menurut Esti, pemerintah sudah melakukan transformasi sistem kesehatan yang salah satunya berupa transformasi layanan primer yang mengedepankan upaya preventif dan promotif. Pemerintah berharap masyarakat sebagai salah satu ujung tombak dalam pelaksanaan upaya ini.

Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, pihaknya mencatat penderita DM tipe 2 meningkat sampai 3 persen dan 77 persen di antaranya adalah anak-anak yang obesitas. Menurut Piprim, penderita DM tipe 2 di masa lalu adalah orang berusia 40 tahun ke atas. Namun saat ini DM tipe 2 ini sudah diderita oleh anak berusia 6-7 tahun.

"Ini harus diwaspadai. Ini indikasi gaya hidup masyarakat kita yang tidak sehat," ujar Piprim.

Selain karena gaya hidup, tambah dia, konsumsi ultra processed food dengan glycemic index yang tinggi juga merupakan pemicu DM tipe 2. Apalagi, tegas Piprim, rasa manis yang ditimbulkan sangat adiktif.

"Kondisi ini merupakan wake up call bagi kita semua. Karena, satu dari delapan penduduk Indonesia menderita DM dan 80 persen penderita itu tidak sadar kalau mereka menderita DM," tegas Piprim.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement