REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah berjangka membukukan kenaikan yang kuat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis 6/7/2023) pagi WIB), karena investor terus mencerna pengurangan produksi tambahan dari Arab Saudi dan Rusia.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 2,0 dolar AS atau 2,87 persen, menjadi menetap pada 71,79 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September juga bertambah 2,0 dolar AS atau 2,68 persen, menjadi ditutup pada 76,65 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas pasar minyak global.
OPEC dan mitranya akan melakukan "apa pun yang diperlukan" untuk mendukung pasar minyak, menurut laporan media yang mengutip menteri energi.
"Harga minyak lebih tinggi lagi hari ini tetapi masih tetap dalam kisaran dua bulan. Reli telah dibantu oleh pemotongan yang diumumkan oleh Arab Saudi dan Rusia minggu ini, tetapi pada akhirnya, kegagalan lain untuk menembus di atas kisaran tersebut akan menunjukkan sebagian besar pedagang mengabaikannya," kata Analis Senior di OANDA Craig Erlam.
Arab Saudi akan memperpanjang pemotongan produksi sukarela satu juta barel per hari hingga Agustus. Sementara Rusia berencana memangkas ekspor minyak sebesar 500 ribu barel per hari pada Agustus, menurut pernyataan resmi dari kedua negara tersebut pada Senin (3/7/2023).