REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wartawan investigasi Rusia yang dipukuli oleh orang tak dikenal di Provinsi Chechnya mengalami cedera otak dan patah tulang. Wartawan surat kabar Novaya Gazeta, Elena Milashina dan pengacara Alexander Nemov diserang Selasa (4/7/2023) saat baru tiba di Chechnya.
Mereka hendak menghadiri sidang ibu dari dua pembangkang Chechnya. Di depan bandara mobil mereka dihadang tiga mobil lainnya dan pelaku yang memakai masker memukuli mereka dengan tongkat dan menodongkan senjata api ke kepala mereka. Di hari yang sama Milashina dan Nemova dievakuasi ke Moskow untuk perawatan medis.
Surat kabar Novaya Gazeta memberitakan Milashina mengalami cedera otak dan patah tulang di 14 bagian di tangannya serta luka-luka lain. Dalam foto yang diunggah terlihat tangan Milashina diperban, wajah dan punggungnya penuh luka.
Milashina mengatakan pelaku penyerangan mengancam memotong jarinya bila ia menolak memberi kata sandi untuk membuka telepon pintarnya dan kemudian memukuli jaringnya dengan pipa plastik. "Itu sangat menyakitkan, seperti terbakar," katanya dalam video yang dirilis kelompok hak asasi manusia Team Against Torture, Rabu (5/7/2023).
Pelaku juga mencukur rambut Milashina dan menyiramnya dengan cairan antiseptik warna hijau. Ia mengatakan para pelaku mengambil peralatannya tapi tidak menyentuh uang tunai dan barang berharga lainnya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menggambarkan serangan ini sebagai "serangan sangat serius yang membutuhkan tindakan energi" dari lembaga penegak hukum. Ia mencatat Presiden Vladimir Putin sudah diberitahu mengenai serangan ini.
Kepala Komite Investigasi badan penyelidikan Rusia Alexander Bastrykin memerintahkan penyelidikan atas serangan itu. Cabang lembagannya di Chechnya membuka penyelidikan.
Kepala pemerintah Chechnya Ramzan Kadyrov yang didukung Moskow mengatakan pihak berwenang provinsi akan meluncurkan penyelidikan dan melacak pelaku penyerangan. Kadyrov pernah menyebut Milashina sebagai "teroris."
Pernyataan keras dan respon cepat berbagai lembaga pemerintah Rusia bertolak belakang dari kebungkaman atas serangan-serangan pada Milashina dan jurnalis lainnya dan aktivis hak asasi manusia sebelumnya di Chechnya.
Sudah lama Milashina mengungkapkan pelanggaran hak asasi manusia di Chechnya di bawah pemerintah Kadyrov dan kerap menghadapi ancaman, intimidasi dan serangan. Pada tahun 2020 ia dan pengacara yang mendampinginya dipukuli satu lusin orang di lobi hotel mereka. Tahun lalu ia meninggalkan Rusia sementar setelah diancam pihak berwenang Chechnya.
Kremlin mengandalkan Kadyrov untuk menjaga stabilitas di kawasan Kaukasus Utara setelah dua perang separatis. Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan keamanannya melakukan pembunuhan ekstrayudisial, penyiksaan dan penculikan para pembangkang. Namun Moskow berulang kali menolak permintaan penyelidikan dan mengakhiri pelanggaran hak asasi di Chechnya.
Kremlin mengerahkan pasukan Chechnya untuk membantu melindungi Moskow dari pemberontakan singkat pendiri tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin 11 hari yang lalu. Namun pengamat memperingatkan ambisi Kadyrov juga dapat menimbulkan ancaman pada pemerintah federal.
Meski mendapat dukungan dari Kremlin, hubungan Kadyrov dengan sejumlah lembaga penegak hukum Rusia dilaporkan menegang. Reaksi keras dari pejabat pemerintah dan anggota parlemen pro-Kremlin yang mendorong respon keras dapat menjadi sinyal niat pemerintah Rusia memangkas pengaruh Kadyrov.