Kamis 06 Jul 2023 12:32 WIB

Kepala Polisi Israel Dipaksa Mundur, Ribuan Orang Protes

Ami Eshed mengumumkan pengunduran dirinya dari kepolisian Israel karena tekanan polit

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Ribuan pengunjuk rasa pada Rabu (5/7/2023) memblokir jalan raya utama Tel Aviv setelah kepala polisi Israel dipaksa mundur
Foto: AP
Ribuan pengunjuk rasa pada Rabu (5/7/2023) memblokir jalan raya utama Tel Aviv setelah kepala polisi Israel dipaksa mundur

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Ribuan pengunjuk rasa pada Rabu (5/7/2023) memblokir jalan raya utama Tel Aviv, serta persimpangan di seluruh Israel dalam ledakan kemarahan spontan, setelah pengunduran diri paksa seorang kepala polisi kota yang populer. Ami Eshed mengumumkan pengunduran dirinya dari kepolisian Israel karena tekanan politik.

Eshed kerap berselisih pendapat dengan Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir. Ben-Gvir yang merupakan politisi sayap kanan menuntut agar polisi mengambil sikap lebih keras terhadap protes anti-pemerintah yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Baca Juga

“Saya membayar harga pribadi yang sangat mahal atas pilihan saya untuk mencegah perang saudara,” kata Eshed.

Menanggapi pengunduran diri Eshee, Ben-Gvir, mengatakan politik telah menyusup ke jajaran kepolisan paling senior. Ben-Gvir mengatakan, Eshed telah menyerah sepenuhnya kepada politisi sayap kiri.

Ribuan orang memblokir Jalan Raya Ayalon, dan menghentikan lalu lintas di jalan raya yang biasanya ramai. Para pengunjuk rasa memegang bendera Israel, meniup terompet, menari di jalan dan menyalakan api unggun. Polisi berusaha memukul mundur massa dengan menggunakan meriam air.

Puluhan ribu warga Israel turun ke jalan sejak pemerintahan baru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan rencana untuk merombak sistem peradilan negara.  Akasi protes itu telah memblokir jalan, mengganggu bandara utama negara, dan memadati kota-kota besar.

Kritikus mengatakan perombakan sistem peradilan akan merusak sistem check and balances Israel, dan mendorong negara itu ke arah kediktatoran dengan memusatkan kekuasaan di tangan Netanyahu dan sekutunya. Netanyahu menangguhkan perombakan pada Maret setelah protes massal meletus. Tetapi pembicaraan dengan oposisi politik gagal bulan lalu, dan sekutu Netanyahu telah mulai melanjutkan rencana perombakan peradilan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement