REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Pangan Nasional (NFA) memproyeksi terdapat kenaikan konsumsi beras sejak awal tahun 2023. Namun, peningkatan konsumsi justru diikuti dengan penurunan produksi sehingga potensi surplus beras bakal mengalami penurunan.
Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan pangan, Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto, menyampaikan, produksi beras periode Januari-Agustus 2023 tercatat bakal mencapai 23,06 juta ton atau lebih rendah 2,54 persen dari produksi periode sama tahun lalu sebanyak 23,66 juta ton.
Di tengah produksi yang mengalami penurunan, Badan Pangan mencatat konsumsi beras di tahun 2023 kemungkinan akan lebih tinggi 1,14 persen terhadap tahun 2022.
“Konsumsi beras naik. Neraca produksi-konsumsi bulan Januari-Agustus 2023 tetap surplus 2,72 juta ton, namun lebih rendah 839 ribu ton atau 23,38 persen terhadap periode yang sama tahun 2022,” kata Andriko dalam Focus Group Discussion Perhimpunan Agronomi Indonesia yang digelar di Bogor, Kamis (6/7/2023).
Ia menambahkan, pemerintah tetap mengandalkan Bulog sebagai penyimpan cadangan beras untuk digunakan sebagai stabilitator harga. Adapun, hingga saat ini total cadangan beras di Bulog sebesar 627 ribu ton. Stok itu terdiri dari 561 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) serta 65,7 ribu ton stok beras komersial.
Sejak awal tahun ini, Bulog setidaknya telah menyerap 701.197 ton beras dalam negeri dan mendatangkan 871.465 ton beras impor. Dari pengadaan tersebut, telah disalurkan sebanyak 612.369 ton beras untuk kebutuhan operasi pasar demi menjaga stabilisasi harga.