REPUBLIKA.CO.ID, JENIN – Selama dua hari, Israel melakukan serangan terhadap kamp Jenin, Tepi Barat. Asap membubung dari bangunan-bangunan yang dihancurkan pasukan Israel, ban dibakar, drone beterbangan di atas kamp, dan ambulans meraung tak henti membawa warga terluka.
Sebanyak 12 warga Palestina meninggal dunia, empat di antaranya adalah anak-anak. Banyak bangunan rumah hancur, fasilitas umum di Jenin juga mengalami kerusakan. Puing-puing bangunan berserakan setelah pasukan Israel meninggalkan Jenin, Selasa (4/7/2023).
Namun, apakah militer Israel mencapai tujuannya setelah menyerang Jenin? Militer Israel menyatakan akan kembali, menggambarkan kamp pengungsi ini salah satu area tertua yang menjadi hub, yang mereka sebuat terorisme.
Bagi warga Palestina, Jenin menjadi simbol perlawanan. Banyak anak muda mengangkat senjata membela komunitas mereka serta melawan militer Israel dan para pemukim yang melakukan serangan kepada warga Palestina di seluruh Tepi Barat.
Para pengamat mengungkapkan, berdasarkan bukti awal, serangan ke Jenin hanya akan meningkatkan perlawanan. Direktur Eksekutif the Palestine Institute for Public Diplomacy Ines Abdel Razek menyatakan serangan brutal Israel dalam jangka pendek ingin menunjukkan kendali dan kuasa mereka atas Palestina.
‘’Namun sejarah menunjukkan kepada kita, ini membuat rakyat Palestina semakin memantapkan diri untuk melawan,’’ katanya seperti dilansir Aljazirah, Kamis (6/7/2023). Bahkan, perlawanan di Jenin kemarin berasal dari beragam kelompok.
Kelompok bersenjata di Jenin ada yang berafiliasi dengan Brigade Al-Aqsa di bawah kendali Fatah, partai politik pendukung Presiden Mahmud Abbas. Ada pula Brigade Jenin dikenal pula Batalion Jenin. Lainnya berasal dari faksi politik Palestina atau yang berdiri otonom.
Israel gagal mencapai misinya di Jenin.....