REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus antraks telah menjangkiti puluhan warga di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta. Berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan pada 143 orang, terdapat 87 orang yang positif antraks.
Dokter hewan Rian Hari Suharto yang bertugas di Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian membuat sebuah utas lewat akun Twitter-nya, @RianHS untuk menjelaskan serba-serbi penyakit antraks. Dia mengatakan antraks adalah penyakit akibat infeksi bakteri Bacillus anthracis.
Bakteri ini dapat menginfeksi banyak mamalia dengan kerentanan yang beragam. Umumnya, yang paling rentang adalah hewan herbivor, seperti sapi.
Manusia dan hewan babi yang masuk ke dalam omnivora umumnya memiliki kerentanan sedang. Terkait karnivor (anjing, kucing) kerentanannya umumnya lebih tahan. Hewan burung (avian) secara umum tahan terhadap infeksi Bacillus anthracis.
"Tentu ada sedikit pengecualian. Contoh: burung unta," tulis drh Rian di utas tersebut, dikutip Rabu (5/7/2023).
Mengapa antraks terkait lokasi? Mengapa herbivor paling rentan? Dokter Rian menjelaskan antraks adalah "penyakit pada tanah".
Lebih lanjut, drh Rian menjelaskan bahwa Bacillus anthracis memiliki fitur yang bernama endospora. Endospora ini merupakan struktur yang memungkinkan bakteri bertahan hidup di lingkungan, secara dorman, selama ratusan tahun.
Endospora membuat bakteri jauh lebih tahan. Misalnya, terhadap kekeringan dan temperatur tinggi.
"Inilah mengapa begitu B. Anthracis ada di tanah suatu daerah, bisa jadi tanah tersebut akan terkontaminasi selamanya. Kasus timbul apabila bakteri di tanah (dan rumput) dimakan oleh herbivor," kata drh Rian seraya mencantumkan informasi antraks dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).