Kamis 06 Jul 2023 21:45 WIB

Cerita Mahasiswi Jakarta Kuliah di Kampus Swasta dengan Biaya Terjangkau dan Bisa Dicicil

Kampus swasta dengan biaya terjangkau menjadi gerbang mewujudkan cita-cita.

Rep: Eva Rianti/ Red: Nora Azizah
Sejumlah mahasiswa beraktivitas di Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Kramat 98, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (6/7/2023).
Foto: Republika/Eva Rianti
Sejumlah mahasiswa beraktivitas di Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Kramat 98, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (6/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Biaya pendidikan di kampus swasta tak semahal yang dibayangkan. Persepsi bahwa biaya pendidikan di perguruan tinggi negeri (PTN) yang konon lebih murah dibandingkan perguruan tinggi swasta (PTS) juga tak benar-benar sesuai kenyataan.

Salah satu mahasiswi Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Kramat 98 di Senen, Jakarta Pusat, Elsa Amelia (21 tahun), mengungkapkan bahwa biaya pendidikan di kampusnya sangat membantu dirinya dalam memperoleh pendidikan. Mahasiswi jurusan D3 Sistem Informatika tersebut telah mengenyam pendidikan selama tiga tahun di BSI dan baru saja menjalankan sidang tugas akhir.

Baca Juga

"Biaya di jurusan saya untuk D3 Rp2.280.000 per semester, terjangkau sih," kata Elsa saat ditemui Republika di Kampus BSI Kramat 98, Jakarta Pusat, Kamis (6/7/2023).

Elsa tak mengatakan bahwa angka tersebut murah lantaran background pendapatan ekonomi keluarganya yang di bawah upah minimum provinsi (UMP). Namun, Elsa mengaku, semakin diperingankan karena sistem pembayarannya bisa dicicil.

"Kalau dari semester 1-5 bisa dicicil dua kali pembayarannya. Kalau sudah mau akhir-akhir enggak bisa, harus full pembayaran," tutur dia.

Menurut penuturannya, ada biaya lainnya yang dikeluarkan, misalnya biaya untuk sidang, yakni sebesar Rp600 ribu. Biaya itu menurut dia juga cenderung lebih terjangkau dibandingkan dengan kampus-kampus lain yang menurut pengamatannya di angka jutaan rupiah.

Elsa menyebut, selama berkuliah di BSI, dari semester 1-3, biaya kuliahnya ditanggung oleh orang tua. Sementara mulai dari semester 4, ia membiayai sendiri biaya pendidikannya karena sambil dirinya nyambi bekerja online shop.

"Menurut saya biayanya sudah ringan, ada atau tidak ada bantuan semisal KIP (kartu indonesia pintar) yang di negeri," kata dia.

Saat ditanyai pendapatnya soal isu uang kuliah tunggal (UKT) di PTN yang cenderung tinggi, Elsa mengaku tidak bisa mengeneralisasi bahwa biaya PTN lebih murah dibandingkan PTS. Namun juga sebaliknya, dia tidak bisa menyimpulkan bahwa biaya PTS saat ini lebih murah daripada PTN.

"Kalau aku mikir tergantung kampusnya. Terkadang ada kampus swasta yang mahal, misal (kampus swasta di kawasan Jakarta Selatan) Rp9 juta sampai Rp10 juta belum sama SKS. Kalau di sini (BSI) Rp2.280.000 sudah sama SKS," ungkap dia.

Namun diakui olehnya, biaya UKT yang tinggi di PTN tentu sangat mencekik mahasiswa. Dia bahkan membayangkan jika berkuliah di kampus dengan biaya UKT tinggi, dirinya akan mengundurkan diri dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi keluarga.

"Kemahalan sih kalau misal sampai belasan atau puluhan juta, apalagi kalau enggak ada bantuan apa-apa dari kampusnya, enggak ada meringankan pasti mahasiswanya keberatan, sekalipun berprestasi. Iya (berpikir untuk mengundurkan diri) karena melihat ekonomi keluarga juga, tapi kalau ekonomi keluarga membantu ya udah," ujar dia.

Dengan merefleksikan fakta mengenai biaya pendidikan, Elsa pun mengaku bahwa berkuliah di BSI memberikan ruang baginya yang berasal dari keluarga sederhana untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi.

"Aman (biaya pendidikan di BSI)," kata dia. 

Setelah lulus nanti, dia pun mengaku percaya diri akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan karena meyakini kekuatan etos kerja adalah yang utama.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوْٓا اَشَدَّ مِنْكُمْ قُوَّةً وَّاَكْثَرَ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۗ فَاسْتَمْتَعُوْا بِخَلَاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُمْ بِخَلَاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِخَلَاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِيْ خَاضُوْاۗ اُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۚوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
(keadaan kamu kaum munafik dan musyrikin) seperti orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya. Maka mereka telah menikmati bagiannya, dan kamu telah menikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal-hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

(QS. At-Taubah ayat 69)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement