REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon, Jawa Barat, berupaya menekan angka stunting yang masih terbilang tinggi. Upaya kolaborasi dengan berbagai pihak dilakukan untuk dapat menurunkan persoalan kekurangan gizi kronis itu.
Pada 2022, angka stunting di Kabupaten Cirebon dilaporkan masih sekitar 18 persen. Meski demikian, angkanya sudah menurun dari tahun sebelumnya. “Pada 2021 lalu angka stunting berada pada angka 26 persen,” kata Wakil Bupati Cirebon Wahyu Tjiptaningsih, yang akrab disapa Ayu, saat meninjau posyandu di Desa Cisaat, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Kamis (6/7/2023).
Ayu mengatakan, pemkab optimistis bisa menekan angka stunting sebagaimana target dari pemerintah pusat, yaitu 14 persen. Optimisme itu karena tahun lalu penurunan angka stunting bisa sampai sekitar 7,9 persen. Adapun untuk bisa mencapai target dari pemerintah pusat hanya selisih empat persen.
Untuk menekan angka stunting, Pemkab Cirebon berupaya berkolaborasi, seperti dengan pihak swasta dan kampus. Seperti yang dilakukan dengan Alfamart, yaitu membagikan bingkisan makanan tambahan untuk balita di Desa Cisaat, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon.
Menurut Ayu, penanganan stunting tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Ia mengatakan, dibutuhkan juga peran dari berbagai pihak lainnya.
Ayu mengatakan, Pemkab Cirebon juga bekerja sama dengan Universitas Gunung Jati (UGJ). Kerja samanya antara lain melibatkan mahasiswa dalam mengedukasi masyarakat Kabupaten Cirebon terkait pola asuh. “Karena mayoritas penyebab stunting di Kabupaten Cirebon adalah pola asuh,” ujar Ayu.