Jumat 07 Jul 2023 17:05 WIB

Dari Mana Asal Air di Bumi?

Bumi terbentuk dari blok-blok bangunan kering dan berbatu.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Bumi  terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, dan para ilmuwan masih berusaha memahami proses pembentukan planet kita. /ilustrasi
Foto: pixabay
Bumi terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, dan para ilmuwan masih berusaha memahami proses pembentukan planet kita. /ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meskipun 71 persen permukaan Bumi terdiri atas air, masih ada pertanyaan penting yang belum terjawab yaitu dari mana asal muasal air ini?  Para ilmuwan telah mengemukakan sejumlah teori selama bertahun-tahun, mulai dari air yang datang dari asteroid hingga Bumi yang memproduksi air paling awal.

Sekarang, para ilmuwan dari California Institute of Technology telah membuat langkah besar untuk memecahkan misteri tersebut. Para peneliti mengklaim bahwa Bumi terbentuk dari blok-blok bangunan kering dan berbatu, yang mengindikasikan bahwa air datang belakangan dalam sejarah pembentukan planet ini.

Baca Juga

“Penambahan besar volatil yang penting bagi kehidupan, termasuk air, hanya terjadi pada 15 persen terakhir (atau kurang) dari pembentukan Bumi," kata ketua tim peneliti, Dr Francois Tissot, seperti dilansir dari Daily Mail, Jumat (7/7/2023).  

Bumi terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, dan para ilmuwan masih berusaha memahami proses pembentukan planet kita. Salah satu cara termudah bagi para peneliti untuk mengeksplorasi pembentukan ini adalah dengan meneliti magma yang mengalir jauh di dalam interior Bumi.

Meskipun kita tidak bisa menjelajah jauh ke dalam bumi, magma yang ada di dalam Bumi akhirnya sampai ke permukaan dalam bentuk lava. Menurut peneliti, magma induk dari lava ini dapat berasal dari kedalaman yang berbeda di dalam Bumi, seperti mantel atas yang dimulai sekitar 15 kilometer (sembilan mil) di bawah permukaan dan memanjang sekitar 680 kilometer (422 mil).

Lalu ada juga mantel bawah, yang membentang dari kedalaman 680 kilometer (422 mil) sampai ke batas mantel-inti pada kedalaman sekitar 2.900 kilometer (1.800 mil) di bawah tanah.

“Seperti mengambil sampel dari berbagai lapisan kue, para ilmuwan dapat mempelajari magma yang berasal dari kedalaman yang berbeda untuk memahami materi yang berbeda dari lapisan-lapisan Bumi: bahan kimia yang ditemukan di dalamnya dan rasionya satu sama lain,” jelas Tissot.

Bumi tidak terbentuk secara instan, melainkan terbentuk dari bahan-bahan yang menyatu seiring berjalannya waktu. Artinya, mantel bawah dan mantel atas bisa memberikan petunjuk yang berbeda tentang apa yang terjadi selama pembentukan Bumi. 

Dalam studi baru ini, tim peneliti menemukan kurangnya zat volatil, yaitu zat kimia yang mudah menguap, termasuk air, di bagian dalam planet ini. Namun, mantel bagian atas ditemukan berlimpah volatil. Menurut peneliti, hal ini menunjukkan bahwa Bumi terbentuk dari material yang panas, kering, berbatu, dan air datang belakang ke planet kita.

Para peneliti berharap temuan ini akan membantu mengungkap misteri bagaimana Bumi, dan juga planet-planet berbatu lainnya di tata surya terbentuk. “Eksplorasi ke planet-planet luar sangat penting karena dunia air mungkin merupakan tempat terbaik untuk mencari kehidupan di luar bumi," kata Tissot.

"Tapi tata surya bagian dalam tidak boleh dilupakan. Belum ada misi yang menyentuh permukaan Venus selama hampir 40 tahun, dan belum pernah ada misi ke permukaan Merkurius. Kita harus bisa mempelajarinya untuk lebih memahami bagaimana planet-planet terestrial seperti Bumi terbentuk,” jelas Tissot.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement