REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan terkejut dengan sikap pemerintah Stockholm yang hanya berdiri dan menonton terhadap aksi pembakaran Alquran yang telah berulang kali terjadi di Swedia, Kamis (6/7/2023).
Zakharova mengatakan Stockholm gagal memenuhi kewajibannya dalam memberikan perlindungan hak-hak kebebasan beragama. "Kami mengutuk keras tindakan vandalisme seperti itu, yang merupakan manifestasi dari kebiadaban dan xenofobia (orang asing atau sesuatu yang belum dikenal)," kata dia dalam jumpa pers di Moskow, dikutip dari transkrip resmi yang dirilis oleh Kemlu Rusia.
Dia menambahkan jumlah kasus pembakaran Alquran yang bertujuan menghina perasaan umat Islam, terus meningkat di negara-negara Eropa. Kasus yang teranyar adalah provokasi kotor yang dilakukan oleh seorang imigran Irak berusia 37 tahun, Salwan Momika, di Stockholm pada 28 Juni.
Aksi itu dilakukan bertepatan dengan Idul Adha, yang adalah hari besar penting dalam agama Islam dan dirayakan oleh Muslim di seluruh dunia. Momika membakar kitab suci umat Islam itu di depan sebuah masjid dalam sebuah langkah yang menurutnya merupakan upaya memperjuangkan kebebasan berpendapat dan mendukung demokrasi.
"Anehnya, tindakan keterlaluan ini terjadi atas persetujuan dan perlindungan polisi," Zakharova.
Selain Rusia, tindakan pembakaran Alquran di Swedia tersebut juga mendapatkan kecaman luas dari berbagai negara dan organisasi internasional, termasuk Turki, Indonesia, Malaysia, Uni Eropa, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB) bahkan akan mengadakan pertemuan darurat khusus membahas penodaan Alquran yang terjadi di Swedia.