Jumat 07 Jul 2023 18:35 WIB

Laris Manis, Ini Dia Inspirasi Usaha dari Cokelat

Cokelat artisan berpeluang mengisi pangsa pasar lebih dari 10 persen.

Berbisnis cokelat ternyata mendatangkan keuntungan yang menjanjikan/ Ilustrasi
Foto: Reuters
Berbisnis cokelat ternyata mendatangkan keuntungan yang menjanjikan/ Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Cokelat, yang berasal dari biji kakao, dikenal sebagai salah satu komoditas dengan nilai perdagangan paling tinggi di dunia. Mengutip situs Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Indonesia merupakan negara dengan industri pengolahan cokelat ke-tiga terbesar di dunia, setelah Belanda dan Pantai Gading.

Industri cokelat artisan atau cokelat buatan tangan di Indonesia tercatat menghasilkan 1.242 ton cokelat olahan per tahun dengan market share sebesar 1,3% dari konsumsi cokelat dalam negeri. Cokelat artisan berpeluang mengisi pangsa pasar sekitar 10% bahkan lebih di Indonesia.

Baca Juga

“Kolaborasi seluruh pihak sangat dibutuhkan untuk mendorong kemajuan industri cokelat tanah air. Tokopedia pun terus memberi panggung bagi pelaku usaha lokal makanan dan minuman termasuk cokelat melalui kampanye Tokopedia NYAM! agar lebih mudah dijangkau masyarakat di 99% kecamatan di Indonesia,” kata Category Development Senior Lead Tokopedia, Sherine Pranata, dalam siaran pers, Jumat (7/7/2023).

Berkat kehadiran Tokopedia NYAM!, antusiasme masyarakat terhadap cokelat meningkat. “Pidie (Sumatra Utara), Tapanuli Tengah (Sumatra Utara), Mesuji (Lampung), Bangli (Bali) dan Kepulauan Talaud (Sulawesi Utara) mengalami peningkatan tertinggi jumlah pembeli cokelat di Tokopedia, dengan rata-rata kenaikan lebih dari 2 kali lipat di kuartal II 2023,” ungkap Sherine.

“Di sisi lain, Pidie (Sumatra Utara), Tapanuli Tengah (Sumatra Utara), Bangli (Bali), Sabu Rajiua (Nusa Tenggara Timur) dan Raja Ampat (Papua Barat) menjadi beberapa daerah dengan kenaikan tertinggi jumlah transaksi cokelat di Tokopedia, dengan rata-rata peningkatan lebih dari 3 kali lipat,” tambah Sherine.

Tokopedia NYAM! juga membawa dampak positif bagi pelaku usaha cokelat di Indonesia termasuk UMKM, seperti Krakakoa (Lampung) dan Falala Chocolate (Bali).

Awalnya, pendiri Krakakoa, Sabrina Mustopo, memiliki nol pengetahuan tentang industri cokelat. Hal itu berubah ketika ia membaca laporan tentang statistik industri cokelat di Indonesia. “Saya kaget melihat angka produksi kakao di Indonesia makin turun, pendapatan petani cokelat minim dan kualitas cokelat pun menurun. Dari keadaan ini, ada peluang yang sangat besar untuk melakukan sesuatu demi mensejahterakan petani cokelat di Indonesia,” kata Sabrina.

Pada tahun 2013, Sabrina akhirnya mendirikan Krakakoa. “Krakakoa melibatkan ratusan petani lokal cokelat, mulai dari Aceh, Lampung, Bali, sampai Sulawesi, untuk menjadi penghasil biji kakao yang dapat dijual kepada Krakakoa dengan harga lebih tinggi di pasaran,” ujar Sabrina.

“Krakakoa juga turut memberdayakan para petani lokal. Salah satu contoh upayanya, kami memberi pelatihan untuk 1.000 petani di taman nasional Lampung, Sumatera dan Sulawesi Barat agar mereka bisa menghasilkan biji kakao yang berkualitas,” tutur Sabrina.

Untuk membuat cokelat lokal dapat dijangkau lebih mudah oleh seluruh masyarakat Indonesia, Sabrina pun memanfaatkan Tokopedia. “Kini lebih dari 75% penjualan online Krakakoa berasal dari Tokopedia. Hal ini secara tidak langsung membantu memberdayakan petani cokelat untuk terus semangat menanam, memproduksi cokelat 100% asli Indonesia berkualitas tinggi,” kata Sabrina.

Inspirasi lain datang dari pendiri Falala Chocolate Bali, Dewa Gede Padma Arta Putra atau akrab disapa Dode, yang membangun bisnis cokelat bersertifikasi halal, Falala Chocolate Bali, bersama kekasihnya saat ia berkuliah di awal pandemi. Dode memiliki modal Rp 13 juta dari uang saku.

“Saat membangun Falala Chocolate Bali dari nol, banyak tantangan yang kami hadapi. Mulai dari harus belajar berbisnis hingga mengolah cokelat secara autodidak. Bahkan kami pernah menerima komplain dari banyak pembeli karena packaging cokelat kami masih belum optimal. Hal itu membuat kami mengalami kerugian jutaan rupiah hingga bujet minus dalam sehari,” ujar Dode.

Ulasan pembeli menjadi landasan utama bagi Falala Chocolate Bali dalam berinovasi dan membuat kemasan yang lebih baik. Seiring berjalannya waktu, Dode bisa bangkit dan kini menggandeng enam karyawan. Dode pun memanfaatkan platform digital Tokopedia untuk meningkatkan daya saing bisnis serta memperluas jangkauan pasar ke luar Bali.

“Kami mulai mengikuti kampanye Tokopedia NYAM! di awal 2023. Kini Falala Chocolate mengalami kenaikan jumlah transaksi lebih dari 2 kali lipat selama kuartal II 2023 dibandingkan kuartal II 2022. Bahkan jumlah transaksi antarpulau kami lewat Tokopedia melonjak hampir 3 kali lipat. Hal ini karena Tokopedia bisa memfasilitasi pengiriman makanan ke luar pulau secara aman dan cepat,” jelas Dode.

sumber : Siaran pers
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement