REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peneliti Negara Islam Indonesia (NII) dan Ma’had Al Zaytun, Sukanto mengungkapkan pemahaman yang diajarkan NII tentang lima rukun Islam, mulai dari mengucapkan syahadat, sholat, zakat, puasa, hingga tentang haji.
Menurut Sukanto, penafsiran NII soal rukun Islam berbeda jauh dengan pemahaman umat Islam pada umumnya di Indonesia. Bahkan, menurut dia, lima rukun Islam itu dijadikan sebagai program oleh NII.
“Misalnya yang dijadikan sebagai program, pertama syahadat itu menjadi binayatul aqidah (pembangunan akidah). Lalu, sholat menjadi binayatul dzorfiyah (teritorial). Terus misalnya terus zakat binayatul maliayah (dana), terus puasa binayautul masuliyah (aparat), lalu haji menjadi Binayatul Silah wal Muasolah (pembangunan komunikasi,” kata Sukanto saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (7/7/2023).
Syahadat itu sendiri merupakan kesaksian bagi orang yang ingin masuk Islam. Namun, menurut dia, dalam penafsiran NII, syahadat itu bukan tiada Tuhan selain Allah tapi tiada negara kecuali Negara Islam. Barang siapa bernegara selain negara Islam maka akan dianggap kafir.