REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok Muslim di Amerika Serikat menyatukan barisan dan suara untuk mendesak Presiden Joe Biden agar mengecam Perdana Menteri Swedia atas aksi pembakaran Alquran.
Dilansir di Anadolu Agency, Jumat (7/7/2023), sebuah kelompok Muslim terkemuka di Amerika mendesak Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengutuk pembakaran Alquran di Swedia. Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mendorong Biden dan Kristersson untuk secara jelas menolak kefanatikan anti-Muslim dan mengutuk pembakaran Alquran yang terjadi di Swedia pekan lalu.
Perdana Menteri Swedia bertemu dengan Presiden AS di Gedung Putih, Rabu (5/7/2023). "Kami bergabung dengan organisasi sipil Muslim, pemimpin agama dan bangsa di seluruh dunia dalam mengutuk pembakaran Alquran yang penuh kebencian," kata Direktur Eksekutif Nasional CAIR Nihad Awad dalam sebuah pernyataan.
Ia mendorong perdana menteri Swedia untuk dengan jelas mengingkari ekstremisme anti-Muslim seperti itu selama kunjungannya ke Gedung Putih. Dia pun mendorong Presiden Biden untuk melakukan hal yang sama.
"Organisasi hak-hak sipil Muslim terbesar AS berdiri dalam solidaritas dengan komunitas Muslim di Swedia dan komunitas Muslim Eropa yang lebih luas saat mereka menghadapi ancaman xenofobia, rasisme, dan kefanatikan anti-Muslim yang terus-menerus," kata dia.
Pada hari pertama Idul Adha pekan lalu, seseorang yang diidentifikasi sebagai Salwan Momika, membakar Alquran di bawah perlindungan polisi di depan Masjid Stockholm. Tindakan kriminal tersebut memicu kecaman luas di negara-negara Arab dan Muslim di tengah seruan agar Swedia mengakhiri tindakan terhadap simbol-simbol Islam.