Jumat 07 Jul 2023 23:15 WIB

Antisipasi Antraks, DKP Tangerang Tutup Pengiriman Ternak dari Gunungkidul

DKP memperketat hewan ternak yang masuk ke Kota Tangerang, Banten.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Pemeriksaan ternak sapi.
Foto: ANTARA/Fauzan
(ILUSTRASI) Pemeriksaan ternak sapi.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG — Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang, Banten, mengantisipasi penyakit antraks pada hewan ternak. Sebagai upaya pencegahan, DKP memperketat hewan ternak yang akan masuk ke wilayah Kota Tangerang, terlebih yang berasal dari Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Di Gunungkidul muncul kasus antraks. “Dengan adanya kasus (antraks) di Gunungkidul, kami menutup pengiriman hewan dari daerah Gunungkidul agar tidak menyebar hingga Kota Tangerang,” kata Kepala Bidang Pertanian DKP Kota Tangerang Ibnu Ariefyanto, Kamis (6/7/2023).

Baca Juga

Sejauh ini, menurut Ibnu, di Kota Tangerang belum pernah ditemukan kasus antraks. Kota Tangerang disebut tidak memiliki banyak peternak. Di mana saat ini disebut ada sekitar 40 peternak. 

Saat momen Idul Adha lalu, menurut Ibnu, kebanyakan hewan kurban yang ada di Kota Tangerang didatangkan dari Bima, Nusa Tenggara Barat, dan bebas dari antraks.

“Namun, pembatasan hewan yang masuk harus dilakukan sebagai upaya antisipasi penyebaran antraks ke Kota Tangerang,” kata Ibnu.

Ibnu menjelaskan, antraks merupakan zoonosis atau penyakit pada hewan yang dapat menular kepada manusia. Menurut dia, penularannya dapat melalui kulit, pernapasan, hingga organ pencernaan apabila mengonsumsi daging dari hewan yang positif antraks.

“Hewan yang terpapar antraks tidak boleh dikonsumsi. Penyebaran penyakit ini salah satunya dapat menyerang manusia apabila kita konsumsi,” kata Ibnu.

Mengantisipasi hal itu, Ibnu mengatakan, hewan yang terjangkit antraks mesti langsung dimusnahkan.

“Hewan yang terpapar antraks harus langsung dimusnahkan dengan cara dikubur sedalam dua meter dan dibakar. Tidak boleh ada proses penyembelihan karena darah hewan yang terpapar antraks itu sangat kuat dan dapat bertahan 50 hingga 75 tahun,” katanya.

Ibnu pun meminta para peternak melapor kepada DKP apabila menemukan hewan ternaknya mati mendadak dan mengeluarkan darah dari mata, hidung, mulut, atau anus. Petugas DKP nantinya akan melakukan pengecekan dan membantu melakukan pemusnahan hewan ternak.

“Jika ditemukan hewan yang sakit dan mati secara mendadak, dapat menghubungi kami untuk dicek melalui lab, apakah hewan tersebut terjangkit antraks. Selain itu, jangan lupa isolasi hewan yang sakit atau pisahkan tempatnya dari hewan yang masih sehat untuk antisipasi penularan ke hewan yang lain,” kata Ibnu.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement