REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Museum Aceh mencatat jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke tempat penyimpanan barang bersejarah tersebut mencapai 2.842 orang terhitung sejak Januari sampai Juni 2023, dan naik hingga 621 persen dibandingkan jumlah kunjungan tahun 2022 yang hanya 394 orang.
"Terjadi peningkatan mencapai 2.448 kunjungan wisatawan mancanegara dibandingkan tahun lalu karena sudah endemi Covid-19 sehingga sudah bisa menerima tamu kunjungan dari luar negeri," kata Kepala Tata Usaha Museum Aceh Nurhasanah, di Banda Aceh, Jumat (7/7/2023).
Nurhasanah mengatakan, jika melihat perbandingan dengan tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan mancanegara benar-benar meningkat jauh, di mana pada 2022 lalu hanya dikunjungi 394 orang. Dirinya menyampaikan, kebanyakan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Museum Aceh ini merupakan wisatawan asal negeri Jiran Malaysia.
Nur mengatakan, kunjungan wisatawan Malaysia ke Museum Aceh di ibu kota tanah rencong teras tercatat hampir setiap bulan. "Selain Malaysia ada juga wisatawan dari negara Eropa, seperti Inggris, Belanda, dan negara-negara lainnya," ujarnya.
Selain itu, Nur menyatakan juga terjadi kenaikan jumlah pengunjung secara umum tahun ini. Terhitung Januari-Juni 2023 atau dalam enam bulan terakhir kunjungan Museum Aceh mencapai 25.797 orang wisatawan mancanegara dan lokal.
"Dibandingkan tahun lalu dalam enam bulan itu hanya tercatat sekitar 20.687 orang dan dalam setahun 41.503 orang. Berarti telah terjadi peningkatan sebanyak 3.000 orang tahun ini," katanya.
Adapun selama Januari-Juni 2023, pengunjung Museum Aceh ini didominasi wisatawan lokal (umum) 9.399 orang, disusul pelajar 12.946 orang, wisatawan asing 2.842 orang, mahasiswa 331 orang, organisasi 276 orang, dan peneliti dua orang. Dalam kesempatan ini, dirinya juga menyampaikan bahwa Museum Aceh terus berupaya untuk menarik minat wisatawan dan meningkatkan jumlah pengunjung melalui promosi lewat media sosial dan baliho serta kerja sama dengan perguruan tinggi dan sekolah.
"Museum Aceh sudah membuat memorandum of understanding (MoU) dengan perguruan tinggi di Aceh dan juga dengan pihak sekolah mulai dari tingkat PAUD sampai SMA di wilayah setempat," kata Nurhasanah.