Sabtu 08 Jul 2023 06:37 WIB

Pemerintahan Belanda Bubar karena Kebijakan Imigran

Pemilu memilih pemerintahan baru akan dilaksanakan sebelum November mendatang.

 Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sebelum pidatonya di Arsip Nasional di Den Haag, Belanda, 19 Desember 2022. Atas nama pemerintah, ia memberikan tanggapan pemerintah atas laporan Chains of the Past oleh Dewan Penasehat Grup Dialog Masa Lalu Perbudakan .
Foto: EPA-EFE/Sem van der Wal
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sebelum pidatonya di Arsip Nasional di Den Haag, Belanda, 19 Desember 2022. Atas nama pemerintah, ia memberikan tanggapan pemerintah atas laporan Chains of the Past oleh Dewan Penasehat Grup Dialog Masa Lalu Perbudakan .

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM – Pemerintahan Belanda di bawah Perdana Menteri Mark Rutte bubar setelah pada Jumat (7/7/2023) tak mencapai kesepakatan terkait kebijakan pembatasan imigrasi. Maka, akan dilakukan pemilu pada musim gugur mendatang untuk memilih pemerintahan baru. 

Krisis yang menyebabkan bubarnya pemerintahan Belanda ini diawali usulan partai konservatif pimpinan Rutte, Partai VVD, untuk membatasi aliran pencari suaka ke Belanda. Namun dua partai lain yang menjadi koalisi di pemerintahan Rutte menolaknya.  

Rutte mengakui bukan rahasia lagi, mitra koalisi di pemerintahannya berbeda pandangan mengenai kebijakan imigrasi ini. Sayangnya, perbedaan tersebut semakin menjadi dan akhirnya tak lagi bisa dikompromikan. 

‘’Karena itu, saya akan mengajukan pengunduran diri seluruh kabinet kepada raja,’’ kata Rutte dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Jumat (7/7/2023) waktu setempat. Ketegangan pembicaraan mengenai imigran ini dimulai pada pekan ini. 

Saat itu, Rutte meminta dukungan mitra koalisi pemerintahannya yang ingin membatasi masuknya pengungsi anak karena perang yang sudah ada di wilayah Belanda. Ia juga menghendaki keluarga anak itu menunggu setidaknya dua tahun sebelum bersatu kembali. 

Ide ini membuat mitra koalisi DVV, yaitu Christian Union dan partai liberal, D66 menolaknya. Dengan bubarnya pemerintahan Rutte, maka koalisi saat ini akan tetap menjadi pelaksana tugas pemerintahan sampai pemerintahan hasil pemilu terbentuk. 

Biasanya proses hingga pelaksanaan pemilu, pembentukan pemerintahan baru dari saat ini akan memakan waktu beberapa bulan ke depan. Komisi pemilu yang dikutip kantor berita ANP menyatakan, pemilu digelar sebelum pertengahan November mendatang. 

Tak berpengaruh pada dukungan terhadap Ukraina......

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement