REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) secara resmi mengumumkan akan mengirimkan bom kluster atau bom tandan ke Ukraina. Senjata yang secara luas terlarang di ratusan negara ini diandalkan untuk melumpuhkan kekuatan Rusia.
Presiden AS Joe Biden menyatakan keputusan pengiriman bom tandan merupakan keputusan yang sulit. Namun, ia berdalih Ukraina membutuhkan senjata tersebut. Seorang pejabat di Pentagon atau Departemen Pertahanan AS mendukung pandangan Biden.
Menurut dia, bom tandan akan dikirimkan dalam waktu yang tepat atas rencana Ukraina melakukan serangan balik ke Rusia. Ukraina menyatakan bom tandan ini bisa meruntuhkan pertahanan Rusia dan kian menurunkan moral pasukan Rusia.
Ukraina diklaim menjamin menggunakannya secara hati-hati. ‘’Ukraina memberi jaminan tertulis akan menggunakannya (bom tandan) secara hati-hati untuk mengurangi risiko bagi warga sipil,’’ kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, Jumat (7/7/2023)
Baca Juga: Pemerintah AS Akui Bom Tandan akan Bahayakan Warga Sipil
Penggunaan bom tandan ini memang ditentang oleh berbagai kelompok pembela HAM karena dampaknya bagi warga sipil. Namun bagi Ukraina, senjata ini merupakan elemen baru yang sangat penting dalam serangan balik terhadap Rusia.
Ketika diluncurkan, bom tandan akan merilis bom-bom berukurkan lebih kecil (bomblet) dalam jumlah banyak, menyasar area yang sangat luas. Dengan kemampuan senjata ini, memberikan ancaman besar bagi warga sipil karena bisa terkena bom tersebut saat masa perang.
Tak hanya itu, setelah perang berakhir, ancaman juga mengintai warga sipil karena bom-bom kecil yang dirilis saat peneyarangan bom kluster ada yang tak berhasil meledak. Bisa saja kemudian meledak beberapa saat setelah masa perang.
Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyebut konflik dengan Ukraina sebagai operasi militer khusus untuk melindungi keamanan Rusia, menyatakan AS dan sekutunya akhirnya terlibat memperluas perang proksi.
Anatoly Antonov mengkritik keputusan AS....