Ahad 09 Jul 2023 20:02 WIB

Erdogan Dukung Tindakan Kolektif Lawan Islamofobia di Barat

Semua Muslim bertanggung jawab cegah peristiwa pembakaran itu terulangnya kembali.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menekankan perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi meningkatnya Islamofobia dan xenofobia di negara-negara Barat.
Foto: AP Photo/Francisco Seco
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menekankan perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi meningkatnya Islamofobia dan xenofobia di negara-negara Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menekankan perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi meningkatnya Islamofobia dan xenofobia di negara-negara Barat. Dia menyoroti kasus pembakaran Alquran di Swedia pada hari raya Idul Adha.

Erdogan menekankan tanggung jawab semua Muslim untuk mencegah peristiwa pembakaran itu terulangnya kembali. “Kita semua, semua Muslim, memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa tindakan seperti itu, yang sangat kami tanggapi di Turki, tidak terulang kembali," ujarnya dalam sebuah video yang dikirim ke Gala Dinner Konvensi Tahunan ke-46 Asosiasi Asosiasi Dokter Keturunan Pakistan Amerika Utara (APPNA).

Baca Juga

Menurut Erdogan, umat Islam perlu bertindak dengan satu hati dan satu tindakan. "Tidak ada seorang pun di dunia yang berani menyerang kesucian umat Islam,” katanya dikutip dari Anadolu Agency.

Desakan Erdogan ini sejalan dengan permintaan Organisasi Negara Islam (OKI) yang menyerukan langkah-langkah untuk menghindari penodaan kitab suci umat Islam di masa depan. Permintaan tersebut pun ditanggapi Swedia dengan lebih serius.

Menteri Kehakiman Swedia Gunnar Strommer menyatakan, negara itu sedang mempertimbangkan larangan menodai kitab suci umat Islam. Menurut harian lokal Swedia Aftonbladet, Strommer mengatakan, pihak berwenang sedang meninjau perubahan dalam peraturan terkait diperlukan untuk menghentikan tindakan tersebut.

Strommer mengatakan, tindakan seperti itu menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional Swedia karena kerusakan yang ditimbulkannya pada hubungannya dengan dunia Islam.

Peran para pembakar Alquran pun dinilai memprovokasi serangan teroris terhadap negara tersebut. "Dengan latar belakang itu, wajar untuk meninjau situasi hukum," ujar Strommer.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement