Sekitar lima tahun lalu, tepat pada 9 Juli 2018, banyak penggemar Juventus bersukacita. Klub resmi mendatangkan Cristiano Ronaldo.
Apa yang terjadi, sedikit di luar kebiasaan Juve. Jarang, tim berkostum hitam-putih itu membeli pemain di atas 30 tahun dengan harga mahal. Kali ini, si Nyonya Tua mengeluarkan 100 juta euro demi mendapatkan tanda tangan Ronaldo.
Gaung yang terdengar, sangat positif untuk kamar ganti Raksasa Turin. Pemain yang tiba berstatus peraih lima Ballon d'Or. Seseorang yang meraih segalanya di Real Madrid.
Berjalannya waktu, terjadi dinamika. Kehadiran CR7 tidak semuanya berdampak baik bagi Juventus. Bukan hanya tentang hasil di lapangan, tapi juga situasi di manajemen.
"La Gazzetta dello Sport menyoroti transfernya (Ronaldo) ke Turin, adalah awal dari akhir era mantan Presiden (Juve) Andrea Agneli," demikian laporan yang dikutip dari Football Italia.
Bukan rahasia lagi jika Bianconeri menggaet kapten tim nasional Portugal itu, untuk sebuah misi penting. Sebelum masuknya Ronaldo, pasukan hitam-putih meraih scudetto tujuh tahun beruntun. Kemudian pada 2015 dan 2017, si Nyonya Tua menembus final Liga Champions.
Dahaga Juventus akan mahkota si kuping lebar, tak tertahankan. Klub tersebut sampai mendatangkan salah satu pemain terbaik sepanjang masa di panggung lapangan hijau. Maklum, terakhir kali Raksasa Turin mendapatkang gelar ini, pada 1996 silam.
Bianconeri sampai jor-joran menggaji CR7. Sang penyerang mendapat upah 30 juta euro per musim. Sesuatu yang jarang dilakukan si Nyonya Tua di era-era sebelumnya.
"Juventus akhirnya membayar mahal keputusan ini," tambah laporan dari Football Italia.
Halaman sembilan Gazzetta menulis topik ini. Tentang penandatanganan Ronaldo yang menjadi awal dari kehancuran Agnelli. Juve tetap bisa meraih dua gelar Serie A bersama CR7.
Secara individu, sosok yang juga pernah berkostum Manchester United itu mencetak 101 gol dari 134 pertandingan. Namun di level tim, petualangan Juve di Eropa, memprihatinkan.
Selama tiga tahun diperkuat Ronaldo, hasil terbaik Juventus di Liga Champions hanya sampai perempatfinal musim 2018/19. Saat itu, Juve tak bisa melewati adangan Ajax Amsterdam. Tentu saja keadaan demikian berdampak pada pemasukan Bianconeri. Belum berhenti sampai di situ.
"Gaji tinggi Ronaldo sangat memengaruhi keuangan Juventus dan pandemi covid-19 pada 2020 semakin memperparah keadaan," demikian laporan dari Football Italia.
Juve menjual jebolan akademi Sporting CP itu pada Agustus 2021. Secara teknis, manajemen sudah sulit memenuhi tuntutan upah sang bintang, jika dibiarkan bertahan di Turin. Kebetulan Ronaldo juga ingin hengkang.
Rupanya necara keuangan klub, belum juga membaik dalam beberapa tahun terakhir. Pada musim 2021/22, si Nyonya Tua mengonfirmasi kerugian mereka mencapai 254,3 juta euro. Kejaksaan Turin menyelidiki para petinggi klub tersebut, termasuk Andrea Agnelli.
Akhinya, beberapa direktur mengundurkan diri. Agnelli juga demikian. Ia digantikan oleh Gianluca Ferrero.
Juventus dikurangi 10 poin di klasemen akhir Serie A musim 2022/23. Juve berpotensi dilarang tampil di kompetisi Eropa musim depan. Sejumlah kolega Agnelli juga dihukum.
Dua di antarnya, Fabio Paratico dan Federico Cherubini. Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) melarang mereka aktif di industri lapangan hijau selama beberapa bulan. Hidup harus berjalan terus.
Era baru Juventus sudah dimulai. Ferrero memegang tongkat komando. Juve baru saja merekrut mantan Direktur Olahraga Napoli, Cristiano Giuntoli. Sosok yang disebut terakhir berjasa membuat I Partenopei trengginas di lapangan dan sehat secara finansial, dalam satu dekade terakhir.