REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, mengomentari soal kasus penyakit menular antraks yang mewabah di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Menurut dia, kejadian tersebut membuktikan masyarakat belum memahami sepenuhnya ihwal penyebaran antraks.
"Saya kira, kejadian di Gunungkidul ini menunjukkan kepada kita bahwa masyarakat belum teredukasi dengan baik ihwal penyakit menular ini. Masyarakat mungkin sudah sering mendengar ada penyakit yang disebut antraks, tapi mereka belum memahami betul bagaimana proses penularannya," kata Rahmad.
Menurutnya kejadian di Gunungkidul harus dijadikan momentum untuk menyosialisasikan kembali bahaya antraks kepada masyarakat. "Masyarakat harus diedukasi secara masif bagaimana cara mencegah munculnya antraks. Masyarakat harus tahu bagaimana proses penularannya dan bagaimana cara pengobatannya jika sudah terjangkit," ujarnya.
Handoyo mengatakan masyarakat harus tahu dan memahami spora antraks bisa hidup berpuluh-puluh tahun di tanah. Spora ini bisa menyebar ke hewan ternak, seperti sapi, kambing, domba, atau hewan herbivora lainnya.
"Antraks bisa muncul kapan saja. Apalagi, disebut-sebut spora antraks bisa hidup berpuluh-puluh tahun. Tapi antraks tentu saja bisa dihindari, caranya dengan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang dimasak dengan matang," ungkap dia.
Selain itu, masyarakat juga harus diajari agar membakar bangkai ternak yang berpenyakit atau dikubur dalam-dalam agar tidak muncul lagi ke permukaan.
"Ingat lho, spora antraks itu bisa hidup berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun. Spora itu bisa menjangkiti hewan dan hewan yang sakit tersebut bisa menjangkiti manusia," katanya.
Ia menambahkan, hal yang sangat penting adalah larangan memakan bangkai hewan yang berpenyakit. "Harus ada larangan keras, agar warga tidak memakan bangkai hewan berpenyakit. Kita kan tidak tahu apakah hewan sakit itu antraks, rabies, atau penyakit kuku. Kalau sudah sakit dibakar atau dikubur saja," tegasnya.
Meskipun wabah antraks saat ini merebak di Gunungkidul, ia meminta masyarakat untuk tidak panik, tetapi harus waspada dan lebih peduli terhadap penyakit tersebut.
"Sekali lagi, masyarakat harus paham apa itu antraks, apa itu rabies, dan penyakit menular lainnya. Kalau sudah paham, tentu penyakit berbahaya tersebut bisa dihindari," kata dia.
Handoyo juga mendorong pemerintah pusat berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, dan Ditjen Peternakan untuk mendesain cara mencegah penyakit menular yang diakibatkan dari hewan ke manusia.
"Kolaborasi ini juga harus memberikan informasi yang masif ke masyarakat sehingga bisa meminimalisasi kejadian yang tidak diharapkan. Sukses sosialisasi ini ada di pemerintah daerah dan dinas," ungkapnya.