REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menyatakan keinginannya untuk melihat Swedia bergabung dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sesegera mungkin. Permintaan itu disampaikan dalam panggilan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Ahad (9/7/2023).
"Biden menyampaikan keinginannya untuk menyambut Swedia ke dalam NATO secepat mungkin," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Erdogan mengatakan kepada Biden bahwa Stockholm telah mengambil langkah-langkah ke arah yang benar agar Ankara untuk meratifikasi tawarannya. Dia mengacu pada undang-undang anti-terorisme yang disetujui oleh pemerintah Swedia.
Namun, Erdogan menilai, langkah-langkah itu tidak berguna, karena Kurdistan Workers Party (PKK) terus mengadakan aksi demonstrasi di Swedia. Kelompok tersebut ditetapkan sebagai teroris oleh Ankara.
Turki bersama Hongaria telah menjadi batu sandungan bagi tawaran Swedia untuk masuk dalam aliansi tersebut. Keputusan bergabung dalam aliansi NATO membutuhkan persetujuan bulat dari semua anggotanya.
Swedia gagal meyakinkan Turki untuk mencabut blokirnya pada jalan menuju keanggotaan NATO dalam pertemuan tingkat menteri luar negeri NATO. Ankara disebut meminta lebih banyak tindakan dalam perang melawan terorisme.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, akan mengadakan pertemuan antara Erdogan dan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson di Vilnius pada Senin (10/7/2023).
Swedia dan Finlandia melamar keanggotaan NATO tahun lalu. Tindakan ini mengabaikan kebijakan non-blok militer yang telah berlangsung selama beberapa dekade Perang Dingin sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.
Sementara keanggotaan NATO Finlandia mendapat lampu hijau pada April, Turki dan Hongaria belum menyetujui tawaran Swedia. Stockholm telah bekerja untuk bergabung pada KTT NATO di Vilnius pekan depan.