REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah kacamata hitam disebut dapat menangkal jet lag usai penerbangan. Perangkat canggih itu dibuat oleh Propeaq, jenama yang berbasis di Belanda. Propeaq mengklaim produknya dapat menjaga pikiran dan tubuh tetap waspada pada waktu yang tepat.
Produk itu tengah jadi sorotan, sebab para personel tim nasional sepak bola perempuan Inggris, England Lionesses, berfoto mengenakan kacamata itu. Para pemain dalam tim memakainya saat naik pesawat terbang dari Inggris ke Australia.
Perjalanan udara itu berlangsung beberapa hari sebelum Piala Dunia Wanita yang sangat dinantikan di Sydney. Sejumlah atlet itu disebut memakai kacamata hitam Propeaq untuk membantu menyelamatkan mereka dari kemungkinan terjadinya jet lag jelang pertandingan.
England Lionesses juga menyebut produk itu di unggahan media sosial, meski tidak mendetail. "Saatnya untuk kacamata chrono. Melakukan yang terbaik untuk mengalahkan jet lag," demikian bunyi cuitan England Lionesses.
Dikutip dari laman Daily Mail, Senin (10/7/2023), kacamata besutan Propeaq itu dijual seharga 255 poundstering (sekitar Rp 4,95 juta). Perangkat disebut mampu meminimalisasi dampak jet lag dengan menggunakan warna lensa yang berbeda.
Jet lag terjadi ketika perjalanan jarak jauh mengganggu jam tubuh, yang dikenal dengan sebutan ritme sirkadian. Biasanya, jet lag muncul sebagai akibat dari perjalanan udara yang cepat melintasi berbagai benua.
Ketika seseorang terbang melalui zona waktu yang berbeda, indra di tubuhnya bisa terpengaruh. Bangun di malam hari, kelelahan, pola lapar yang tidak stabil, bahkan masalah pencernaan dan sakit kepala parah adalah keluhan umum jet lag.
Kelelahan, kantuk, dan kurangnya konsentrasi tentunya bisa mengurangi kinerja dalam perjalanan bisnis atau merusak kesenangan berlibur. Di situs webnya, Propeaq menawarkan produknya untuk penyesuaian jam biologis.
Kacamata Propeaq bertujuan menekan dampak jet lag melalui penggunaan lensa yang dapat diganti yang memiliki filter biru dan merah. Untuk menggunakan kacamata dengan benar, Propeaq menyarankan pemakainya untuk menggunakan aplikasi tertentu.
Informasi waktu penerbangan dan zona waktu dapat dimasukkan di aplikasi itu. Dengan demikian, Propeaq dapat memberikan informasi terbaik kepada pengguna kapan harus mengubah warna lensa.
"Jam biologis Anda disetel untuk matahari terbit dan terbenam. Jam itu bisa digeser, tapi itu bisa terjadi dengan maksimal 1,5 jam sehari tanpa diganggu. Jadi jika Anda mengubah enam zona waktu dengan bepergian, Anda memerlukan empat hari penyesuaian," tutur Propeaq.
Ahli tidur independen yang tak terkait dengan Propeaq, Neil Stanley, mengatakan konsep demikian bukan hal baru dan memang didasarkan pada keyakinan ilmiah. Cahaya biru memberi tahu tubuh bahwa matahari sudah terbit dan saatnya beraktivitas.
"Apa yang memberi tahu kita bahwa sudah waktunya untuk tidur adalah tidak adanya cahaya biru. Pikirkan matahari terbenam yang biasanya berwarna merah atau merah muda. Ketiadaan warna biru memberitahu kita untuk tidur," ungkap Stanley.
Terlepas dari klaim ini, kacamata berfilter dan kegunaannya telah lama menjadi sumber perdebatan di antara para pakar tidur. Secara personal, Stanley menilai kacamata cahaya biru tidak banyak berdampak, kecuali seseorang memakainya dalam kondisi yang dikontrol ketat.