REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, penuntasan masalah stunting menjadi salah satu syarat Indonesia menjadi negara kuat dan mampu bersaing dengan negara-negara maju yang lain.
Karena itu, berbagai program yang bersifat intervensi, kata Muhadjir, perlu dilakukan untuk menekankan angka prevalensi stunting di Indonesia demi mengejar target pemerintah menjadi 14 persen pada 2024. Berdasarkan data SSGI tahun 2022, saat ini Indonesia telah berhasil menekan angka prevalensi stunting hingga 21,4 persen.
Muhadjir menjelaskan, persoalan stunting juga tidak hanya berkaitan dengan faktor kesehatan. Namun, terdapat faktor lain yang berpengaruh, seperti kondisi sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Sehingga upaya penanggulangannya memerlukan peran dan dukungan dari semua sektor.
"Intervensi spesifik dan sensitif harus berjalan beriringan. Data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) yang kita miliki dapat dimaksimalkan sehingga intervensi dapat tepat sasaran dan terus berkesinambungan," kata Muhadjir di Jakarta, Senin (10/7/2023).
Muhadjir juga menilai, perlunya keterlibatan perguruan tinggi khususnya edukasi kepada generasi muda yang saat ini, sedang menempuh pendidikan tinggi. Menurut dia, generasi muda harus dibekali persiapan yang matang sehingga dapat menjadi bagian dari generasi yang unggul dan menciptakan keturunan yang berkualitas pada masa yang akan datang.
"Untuk mewujudkan semua itu, perlu pemenuhan gizi yang optimal sejak dini. Edukasi ini perlu ditanamkan kepada para mahasiswa sehingga masalah stunting dapat diantisipasi," ujar Muhadjir.
Eks rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjelaskan, stunting dapat terjadi dari sejak proses kehamilan dan setelah bayi terlahir. Sehingga sangat dibutuhkan pemberian makanan tambahan bagi Batita serta edukasi yang baik terhadap para calon orang tua.
"Oleh karena itu, maka sangat penting peran dan keterlibatan perguruan tinggi memberikan edukasi kepada mahasiswa dan masyarakat, terutama untuk memperbaiki permasalahan gizi dan anemia pada remaja," ujar Muhadjir.
Dia menyebut, data P3KE dapat digunakan oleh perguruan tinggi sebagai acuan dalam menjalankan program pengabdian masyarakatnya sebagai bagain Tri Dharma Perguruan Tinggi. Data tersebut telah berbasis by name by address sehingga nantinya intervensi dapat berjalan tepat sasaran.
"Data ini bisa menjadi bahan rujukan mengelola program. Sehingga program yang dijalankan dapat betul-betul bermanfaat dan dirasakan oleh masyarakat," kata Muhadjir.