REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol akan berangkat ke pertemuan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ia berupaya memperdalam kerja sama keamanan internasional di tengah meningkatnya ancaman dan ketegangan dengan Korea Utara (Korut).
Kantor Kepresidenan Korsel mengatakan Yoon menghadiri pertemuan tahunan NATO yang akan digelar di Lithuania bersama pemimpin dari Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Kemudian diikuti kunjungan tiga hari ke Polandia mulai Rabu (12/7/2/2023).
Yoon mendorong kerja sama keamanan yang lebih luas dengan Eropa dan sekutu-sekutu Amerika Serikat (AS) lainnya untuk menahan ancaman nuklir dan rudal Korut. Sambil meningkatkan kontribusi pada upaya mengatasi tantangan global lainnya termasuk invasi Rusia ke Ukraina dan persaingan Cina-AS.
Tahun lalu ia menghadiri pertemuan NATO untuk pertama kalinya sebagai pemimpin Korsel. Ia mengatakan konflik dan persaingan baru dapat mengancam nilai-nilai universal.
Kantor Kepresidenan Korsel mengatakan tahun ini Yoon ingin menyampaikan pesan lebih kuat melawan Korut dan meningkatkan kerja sama di bidang keamanan, rantai pasokan, dan perang Ukraina.
Ia akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara Eropa dan Asia Pasidik di sela pertemuan NATO. Yoon juga akan mengadopsi dokumen baru kerja sama bilateral dengan NATO di 11 bidang termasuk non-proliferasi dan keamanan siber.
"Ia akan memperkuat kerja sama dengan NATO mengenai meningkatnya ancaman nuklir dan rudal Korea Utara, dan mengirim peringatan, masyarakat internasional tidak akan menoleransi aktivitas ilegal Korut," kata pejabat kantor kepresidenan Korsel.
Korsel ditekan untuk mengirimkan senjata ke Ukraina tapi Seoul menolaknya karena khawatir dengan pengaruh Rusia di Korut. Terdapat spekulasi dalam kunjungan ini Yoon mungkin juga akan berkunjung ke Ukraina.
Pejabat Korsel mengatakan Yoon tidak memiliki rencana mengunjungi Ukraina. Tapi akan menekankan komitmen Seoul dalam memulihkan perdamaian di Ukraina dan mengeksplorasi paket bantuan dengan negara lain.
Dalam wawancara tertulis yang dipublikasikan Senin ini, Yoon mengatakan pasokan perangkat penjinak ranjau dan ambulans ke Ukraina "sedang dikerjakan" dan berjanji mendukung pembangunan pasca-perang.
Yoon akan melakukan kunjungan kenegaraan pertama ke Polandia. Kedua belah pihak diperkirakan akan membahas cara untuk mempererat hubungan ekonomi dan strategis di bidang perdagangan senjata dan energi nuklir.
Polandia menjadi destinasi penting bagi ekspor pertahanan Korsel setelah negara Eropa itu hendak memperkuat pertahanannya usai Rusia menginvai Ukraina. Tahun lalu dua perusahaan Korsel menandatangani kontrak senilai 5,76 miliar dolar AS dengan Polandia untuk mengekspor tank dan howitzers. Kesepakatan itu menjadi ekspor senjata terbesar Korsel.
Sekretaris presiden bidang kebijakan ekonomi Korsel Choi Sang-mok mengatakan kunjungan ke Polandia juga akan membantu memperkuat rantai pasokan, mengamankan pasar ekspor baru dan memperluas kerja sama dalam membangun kembali Ukraina pasca-perang.
Profesor Ewha Womans University Park Won-gon mengatakan kunjungan Yoon ke Polandia dapat menjadi pesan dukungan untuk negara tetangganya, Ukraina.
"Pertemuan NATO akan menjadi kesempatan untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara yang memiliki norma dan nilai-nilai yang sama., sementara apakah Presiden Yoon akan berkunjung ke Ukraina masih harus dilihat, ini suara dukungan yang penting dan solidaritas sebagai negara yang dapat membantu mereka secara langsung," kata Park.