Senin 10 Jul 2023 20:21 WIB

Makna Kalimat Tasbih

Kalimat tasbih haru sering diucapkan sebanyak mungkin setiap hari.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi sekelompok warga berdzikir.
Foto: Dkk. Tgs
Ilustrasi sekelompok warga berdzikir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA mengungkapkan, Dzikir akan semakin berbobot manakala orang yang mengamalkannya memahami kandungan makna dzikir tersebut dan menghayatinya. Maka setiap muslim seyogyanya mengalokasikan banyak waktunya untuk berusaha memahami makna kalimat-kalimat dzikir.

"Kalimat tasbih (subhanallah) bermakna: menjauhkan kekurangan-kekurangan dari dzat Allah, serta mensucikan-Nya dari sifat-sifat buruk dan yang tidak layak. Konsekwensinya, kita harus menisbatkan segala sifat kesempurnaan kepada Allah ta’ala. Berbagai kekurangan yang harus kita jauhkan dari Allah, contohnya: mengantuk, tidur dan kematian," kata Ustadz Abdullah dalam pesan Telegram.

Baca Juga

Ustadz Abdullah melanjutkan, di dalam Ayat Kursi disebutkan,

"اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ".

Artinya: “Allah, tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur”. (QS. Al-Baqarah ayat 255).

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam juga bersabda,

"اللَّهُمَّ أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَىْءٌ، وَأَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَىْءٌ".

“Ya Allah, Engkaulah Yang Mahapertama tidak ada sesuatupun sebelum-Mu. Dan Engkau Maha akhir, sehingga tidak ada sesuatupun sesudah-Mu”. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.

Di antara contoh kekurangan adalah butuh kepada yang lain. Allah ta’ala menerangkan,

"يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ، وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ".

Artinya: “Wahai para manusia, kalianlah yang memerlukan Allah, sedangkan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dan Maha Terpuji”. (QS. Fâthir ayat 15).

"Adapun sifat buruk dan yang tak layak contohnya adalah: sifat pelit dan perilaku zalim. Berkenaan dengan sifat pelit," kata Ustadz Abdullah. Allah ta’ala menjelaskan,

"وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ، غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا، بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ".

Artinya: “Orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu (kikir)”. Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan mereka dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. Padahal kedua tangan Allah terbuka, Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki”. (QS. Al-Ma’idah ayat 64).

Sementara itu, Ustadz Abdullah mengatakan, Mengenai perilaku zalim, Allah ta’ala berfirman,

"وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ".

Artinya: “Rabbmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya”. (QS. Fusshilat ayat 46).

"Mari kita senantiasa berusaha mensucikan Allah dengan sebenar-benarnya," kata Ustadz Abdullah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement