REPUBLIKA.CO.ID, VILNIUS -- Para pemimpin NATO direncanakan berkumpul di Vilnius, Lithuania Selasa (11/7/2023) ini dengan agenda mengatasi perang, serta perpecahan dalam upaya menerima Ukraina untuk menjadi anggota NATO. Termasuk mengakhiri blokade Turki terhadap keanggotaan Swedia untuk bergabung dengan aliansi militer trans-Atlantik tersebut.
Dengan perang di Ukraina yang masih membayangi Eropa, pertemuan di ibukota Lithuania pada Selasa hingga Rabu (12/7/2023) mendatang, akan dijaga oleh deretan rudal Patriot dari Jerman, jet-jet tempur dan pasukan terbaik dari 17 negara anggota.
Dijadwalkan, Presiden AS Joe Biden, Presiden Turki Tayyip Erdogan, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak akan menjadi bagian dari 31 pemimpin NATO yang hadir dalam KTT di negara Baltik yang kecil ini.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy juga diperkirakan akan hadir, dimana ia akan mendesak agar Ukraina segera diterima menjadi anggota NATO setelah perang yang dipicu oleh invasi Rusia berakhir.
"Kami berbicara tentang sinyal yang jelas, beberapa hal konkret yang mengarah pada sebuah undangan. Kami membutuhkan motivasi ini," ujar Zelenskiy saat berkunjung ke Praha Kamis lalu.
Anggota-anggota NATO di Eropa Timur telah menyuarakan dukungan kuat terhadap sikap Ukraina. Alasannya, dengan membawa Kiev berada di bawah payung keamanan kolektif aliansi ini, jadi cara terbaik untuk mencegah perang lain terjadi, dan mampu menghalangi Rusia untuk menyerang kembali.
Namun, negara-negara lain, seperti Amerika Serikat dan Jerman, jauh lebih berhati-hati. Mereka mewaspadai langkah apa pun yang mereka khawatirkan dapat menarik NATO ke dalam konflik langsung dengan Rusia, yang berpotensi memicu perang global.
"Saya mengharapkan para pemimpin kita untuk menegaskan kembali bahwa Ukraina akan menjadi anggota NATO dan bersatu untuk membawa Ukraina lebih dekat ke tujuannya," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, yang masa jabatannya diperpanjang satu tahun sebelum KTT ini digelar, katanya pada Jumat lalu.
NATO diperkirakan akan memberikan sebuah paket dukungan kepada Ukraina dalam pertemuan tersebut. Termasuk sebuah badan kerja sama yang telah ditingkatkan, yaitu Dewan NATO-Ukraina, dan sebuah paket bantuan militer yang tidak mematikan untuk membantu angkatan bersenjata Kiev, dalam melakukan reformasi dan mencapai standar-standar NATO.
Namun Zelenskiy bersikeras bahwa Ukraina juga menginginkan jaminan keanggotaan yang lebih dari sekedar janji yang tidak jelas. Janji yang telah dibuat sejak lama di Bucharest pada tahun 2008, bahwa Ukraina akan menjadi anggota tetap aliansi ini.
Para negosiator bekerja sepanjang akhir pekan ini, untuk mencoba menemukan bahasa yang dapat diterima oleh semua anggota NATO dalam sebuah deklarasi KTT nanti. Namun naskah tersebut, teksnya belum selesai hingga pada Senin (10/7/2023) ini, menurut para diplomat.
"Saya yakin bahwa kita akan menemukan cara yang bersatu... untuk mengatasi masalah spesifik mengenai keanggotaan," kata Stoltenberg.
Salah satu opsi yang sedang didiskusikan adalah untuk menyatakan bahwa Ukraina dapat melewatkan prosedur yang digunakan oleh banyak negara untuk menjadi anggota NATO, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Keanggotaan (MAP).
Beberapa negara besar NATO, seperti Amerika Serikat, Jerman, Perancis, dan Inggris telah mengadakan pembicaraan paralel untuk memberikan komitmen keamanan jangka panjang kepada Ukraina, dengan fokus pada janji untuk terus memasok senjata dan amunisi.
Tidak jelas apakah sebuah deklarasi yang dimaksudkan untuk menjadi dasar bagi jaminan-jaminan ini akan disetujui sebelum pertemuan puncak, menurut para pejabat.
Pembicaraan Turki dan Swedia
Invasi Rusia ke Ukraina pada bulan Februari tahun lalu telah merevitalisasi posisi NATO. Organisasi Perjanjian Atlantik Utara, yang didirikan pada tahun 1949, masih diyakini mampu untuk menghalangi dan mempertahankan diri dari kekuatan Uni Soviet, dan kini Rusia
Invasi Rusia ini mendorong Finlandia dan Swedia untuk meninggalkan status netralitas dan ketidakberpihakan militernya selama beberapa dekade ini. Dan akhirnya kedua negara mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO.
Di Vilnius, Finlandia akan menghadiri KTT NATO pertamanya sebagai anggota. Namun, aksesi Swedia sebagai anggota telah tertahan oleh Turki. Posisi Turki yang masih bersikukuh menolak Swedia, karena negara ini menuduh Stockholm tidak melakukan cukup banyak hal untuk menindak militan Kurdi.
Walau Stockholm mengatakan bahwa Swedia telah memenuhi komitmennya di bawah perjanjian dengan Ankara - sebuah pandangan yang didukung oleh Stoltenberg. Namun Erdogan mengatakan pada Jumat lalu, dalam sebuah referensi terselubung kepada Swedia bahwa Turki tidak akan mempercayainya.
Turki tak percaya pada sebuah negara yang menyembunyikan teroris, dan menambahkan bahwa ia akan mengadopsi keputusan apa pun yang menguntungkan\" bagi Ankara pada pertemuan puncak tersebut. Menjelang KTT, Stoltenberg akan menjadi tuan rumah bagi Erdogan dan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson untuk melakukan pembicaraan guna mencoba mengatasi perbedaan mereka.
Pada KTT tersebut, para pemimpin NATO juga diharapkan untuk menyetujui bahwa mereka semua harus membelanjakan setidaknya 2 persen dari PDB nasional untuk belanja pertahanan - sebuah peningkatan dari janji yang dibuat sejak 2014 untuk mencapai angka tersebut. Sayangnya, hingga saat ini, hanya 11 dari 31 anggota NATO yang memenuhi target tersebut.
Para pemimpin negara anggota juga diharapkan untuk menandatangani rencana militer komprehensif pertama NATO sejak berakhirnya Perang Dingin untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia. Rencana ini akan menetapkan tugas-tugas terperinci dan persyaratan untuk pasukan di seluruh aliansi.
Turki juga telah menunda pengesahan rencana tersebut karena nama-nama yang digunakan untuk beberapa lokasi geografis - yang mencerminkan perselisihan yang telah berlangsung lama dengan Yunani dan Siprus - tetapi para pejabat mengatakan mereka yakin rencana tersebut akan disahkan di Vilnius.
Para pemimpin NATO juga akan bertemu dengan rekan-rekan mereka dari Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru karena Washington menekan aliansi untuk memainkan peran yang lebih besar dalam menghadapi kekuatan Cina di kawasan Timur.