REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan ASEAN perlu mempertahankan kawasan Asia Tenggara bebas senjata nuklir. Menurutnya, saat ini risiko penggunaan senjata nuklir semakin tinggi.
“Risiko penggunaan senjata nuklir saat ini lebih tinggi daripada kapan pun dalam sejarah baru-baru ini. Kita terus mendengar peringatan tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir,” kata Retno saat membuka Meeting of the Commission of the Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone (SEANWFZ) seperti dikutip dalam keterangan pers yang dirilis Kementerian Luar Negeri, Selasa (11/7/2023).
Dia menekankan, tidak ada senjata yang lebih kuat dan merusak daripada senjata nuklir. “Dengan senjata nuklir kita hanya berjarak satu kesalahan perhitungan dari bencana dan petaka global,” ujarnya.
Retno mengingatkan, tenaga nuklir tetap menjadi bagian dari doktrin militer beberapa negara. “Termasuk di wilayah kita. Kita tahu betul bahwa kita tidak bisa benar-benar aman dengan senjata nuklir di wilayah kita,” ucapnya.
Oleh sebab itu, Retno menekankan pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di kawasan harus menjadi prioritas. “Ini adalah landasan kita untuk mengubah kawasan ini menjadi Epicentrum of Growth. Oleh karena itu kita harus menjaga Asia Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir,” katanya.
Menurut Retno SEANWFZ telah berkontribusi pada upaya tersebut serta rezim perlucutan senjata dan non-proliferasi global. “Namun, 25 tahun setelah penandatanganan Protokol Perjanjian SEANWFZ, tidak ada satu pun negara senjata nuklir yang menandatanganinya,” ujar Retno.
Oleh sebab itu, Retno mengingatkan tentang pentingnya persatuan untuk tetap menjaga kawasan Asia Tenggara bebas senjata nuklir. “Kita harus datang sebagai front persatuan di hadapan negara-negara senjata nuklir. Hanya dengan begitu kita dapat menempa jalan yang lebih jelas menuju wilayah yang bebas dari senjata nuklir,” katanya.
ASEAN menegaskan posisinya sebagai kawasan bebas senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya. Hal itu dinyatakan dalam Chairman Statement of 42nd ASEAN Summit yang dirilis usai KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, 11 Mei 2023 lalu.
“Kami menegaskan kembali komitmen kami untuk melestarikan kawasan Asia Tenggara sebagai zona bebas senjata nuklir dan bebas dari semua senjata pemusnah massal lainnya sebagaimana diabadikan dalam Treaty of Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone (SEANWFZ Treaty) dan Piagam ASEAN, serta menekankan pentingnya implementasi SEANWFZ Treaty secara penuh dan efektif,” kata ASEAN.
ASEAN menegaskan komitmennya untuk terus melibatkan negara senjata nuklir dan mengintensifkan upaya semua pihak untuk menyelesaikan semua masalah yang belum terselesaikan sesuai dengan tujuan dan prinsip SEANWFZ Treaty. “Negara-negara anggota menyatakan fleksibilitas mereka dalam menjajaki kemungkinan mengizinkan satu NWS (nuclear weapon state) untuk menandatangani Protokol terlebih dahulu jika ada jaminan formal secara tertulis bahwa mereka bersedia menandatangani dan meratifikasi SEANWFZ Treaty tanpa reservasi,” kata ASEAN.
ASEAN mencatat diskusi yang sedang berlangsung dengan semua negara senjata nuklir tentang kemungkinan penandatanganan dan ratifikasi Protocol of the SEANWFZ Treaty tanpa syarat. “Kami mendorong para ahli ASEAN kami untuk mencari cara untuk menjembatani perbedaan, termasuk kemungkinan untuk terlibat dengan para ahli NWS dan menugaskan pejabat terkait untuk bekerja menuju pengajuan Resolusi SEANWFZ dua tahunan melalui Komite Pertama Sesi ke-78 Majelis Umum PBB,” kata ASEAN.