Selasa 11 Jul 2023 16:26 WIB

Rupiah Menguat Dipicu Harapan Stimulus Pemerintah China pada Pasar

Perlambatan ekonomi di China telah menekan ekuitas dan mata uang Asia.

Warga menukarkan uang tunai baru di layanan kas keliling  Bank Indonesia di kawasan Pasar Tebet Barat, Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga menukarkan uang tunai baru di layanan kas keliling Bank Indonesia di kawasan Pasar Tebet Barat, Jakarta, Selasa (28/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyatakan, rupiah dan mata uang Asia pada umumnya menguat terhadap dolar AS di tengah sentimen risk on yang dipicu harapan dukungan stimulus pada pasar oleh Pemerintah China.

"Perlambatan ekonomi di China telah menekan ekuitas dan mata uang Asia. Untuk itu, investor mengantisipasi pemerintah China untuk terus memberikan stimulus pada ekonomi, yang terakhir adalah usaha mereka mendukung sektor properti yang lesu," ujar Lukman di Jakarta, Selasa (11/7/2023).

Baca Juga

Selain itu, sentimen lain yang menguatkan rupiah adalah terkait investor yang mengantisipasi data inflasi AS pada Rabu (12/7/2023) yang diperkirakan akan kembali menunjukkan moderasi pada tingkat harga, sehingga meredakan ekspektasi pada prospek suku bunga The Fed.

"Inflasi utama AS diperkirakan akan turun ke 3,1 persen dari 4,0 persen. Inflasi inti diperkirakan akan turun ke lima persen dari 5,3 persen," ungkap Lukman.

Sebelumnya, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan pelemahan rupiah tertahan hari ini dan bisa berbalik menguat terhadap dolar AS karena ekspektasi pasar terhadap penurunan inflasi AS.

"Semalam data ekspektasi inflasi konsumen AS terbaru menunjukkan penurunan inflasi ke 3,8 persen dibandingkan sebelumnya 4,1 persen. Ini hasil pengukuran terendah sejak April 2021," kata Ariston.

Pada Rabu malam (12/7/2023), data inflasi konsumen AS untuk Juni 2023 disebut akan dirilis. Berdasarkan konsensus pasar, data ini akan menunjukkan angka 3,1 persen, jauh lebih rendah dari data inflasi sebelumnya yang sebesar 4,0 persen.

"Ekspektasi penurunan inflasi ini diantisipasi pasar dengan penurunan nilai dolar AS terhadap nilai tukar lainnya, dan peluang rupiah bisa menguat sementara terhadap dolar AS hari ini," ucap Ariston.

Menurut dia, penurunan inflasi ini meningkatkan harapan pasar bahwa era suku bunga tinggi akan segera berakhir.

Pada penutupan perdagangan hari, rupiah mengalami penguatan sebesar 0,33 persen atau 50 poin menjadi Rp 15.154 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.204 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak dari Rp 15.134 per dolar AS hingga Rp 15.207 per dolar AS.

 

sumber : ANTARA
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement