REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Rusia dan negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) telah sepakat menjalin kerja sama di bidang energi nuklir. Kesepakatan itu tercapai setelah menteri luar negeri (menlu) Rusia dan anggota GCC menggelar dialog strategis di Moskow, Senin (10/7/2023).
"Para pihak telah sepakat untuk memperkuat kerja sama dalam penggunaan energi atom secara damai, keamanan nuklir, industri tenaga listrik, efisiensi energi, energi terbarukan, produksi hidrogen hijau, serta teknologi ekonomi sirkular rendah karbon dengan tujuan mengurangi emisi," demikian bunyi pernyataan yang dipublikasikan di situs GCC, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut TASS, Rusia dan GCC juga mengadopsi rencana aksi bersama untuk memperkuat dialog politik dan melanjutkan kontak rutin. “Inisiatif ini diarahkan untuk memperkuat dialog politik serta melanjutkan kontak reguler antara para menlu dan pejabat tinggi lainnya dari Rusia dan negara-negara anggota GCC untuk bertukar pandangan tentang isu-isu dalam agenda internasional dan regional,” tulis TASS.
Sebagai bagian dari rencana aksi bersama, para menlu sepakat mengembangkan kerja sama di bidang pertanian dan meningkatkan pasokan pangan ke negara-negara Teluk. Selain itu, Rusia dan GCC akan memperkuat kerja sama untuk mengatasi isu perubahan iklim, perlindungan sumber daya alam, dan keanekaragaman hayati.
Dokumen rencana aksi bersama juga mengatur kerja sama di bidang kesehatan masyarakat, pendidikan tinggi, budaya, dan olahraga. Pertemuan pertama dialog strategis Rusia-GCC diadakan di Riyadh, Arab Saudi, pada 2017.
GCC dibentuk pada 1981 dan memiliki enam anggota, yakni Saudi, Bahrain, Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Oman. Tujuan utama GCC adalah koordinasi politik dan integrasi ekonomi antara negara-negara anggota, serta kerja sama untuk memastikan keamanan di Teluk.