Selasa 11 Jul 2023 17:32 WIB

Sampah Plastik di Pantai Sukaraja Sudah Puluhan Tahun

Sampah domestik kian bertambah, apalagi saat hujan turun.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Gita Amanda
Pandawara Group berada di Pantai Sukaraja, Bandar Lampung. Aksi Pandawara mengajak para volunteer untuk ikut bersih-bersih pantai mendapat perhatian publik.
Foto: Instagram/@pandawaragroup
Pandawara Group berada di Pantai Sukaraja, Bandar Lampung. Aksi Pandawara mengajak para volunteer untuk ikut bersih-bersih pantai mendapat perhatian publik.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sebelum adanya aksi yang dimotori sekumpulan anak muda tergabung dalam Pandawaragroup dibantu seribuan lebih relawan, pada Senin (10/7/2023), aksi bersih-bersih sampah plastik di Pantai Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung, sudah pernah dilakukan. Namun, sampah domestik tersebut kian bertambah, apalagi saat hujan turun.

Kegiatan bersih-bersih baik oleh Pemkot Bandar Lampung, Pemprov Lampung, maupun dari peran swasta dan masyarakat, hanya bersifat tentatif. Sampah domestik (rumah tangga) berbahan plastik terbawa hanyut saat hujan turun memasuki perairan Teluk Lampung.

Baca Juga

Sampah plastik akhirnya menumpuk dan memadat di kawasan Kampung Nelayan Sukaraja. Para nelayan payang (jaring), tak dapat berbuat banyak untuk mengurangi apalagi menghilangkan tumpukan sampah yang sudah menyatu dengan aktivitasnya menjaring ikan di laut.

Menurut Sudirman (48 tahun), nelayan payang Sukaraja, sampah-sampah tersebut sampai menumpuk di pantai terjadi berpuluh tahun. “Bukan sekarang saja, sampah-sampah plastik ini sudah 30 tahunan,” kata Sudirman, Selasa (11/7/2023).

Dia mengatakan, banyak yang dulunya mengeklaim sampah-sampah plastik berasal dari rumah kampung nelayan yang berdiri di bibir pantai. Padahal, ujar dia, setiap hujan turun dapat dipastikan, sampah-sampah dari sungai pemukiman warga di Kota Bandar Lampung terbawa hanyut dan bermuara di laut.

“Coba sekali-sekali saat hujan turun, lihat di muara sungai, penuh sampah masuk ke laut,” ujarnya.

Dia mengatakan, warga yang bermukim di Kampung Nelayan Sukaraja pernah membersihkan sampah-sampah tersebut, namun tidak ada gunanya kalau sampah-sampah dari kota masuk ke laut lagi, terbawa ombak ke tengah laut, dan terperangkap jaring nelayan, lalu menepi ke pantai.

Volume sampah di pantai terus bertambah, sampah-sampah di laut berserakan, jelas mengganggu aktivitas nelayan payang. Cara kerja nelayan ini, dengan menebar jaring di tengah laut pada pagi hari, menjelang petang, nelayan mulai bergotong royong empat sampai enam orang menarik jaring ke pantai.

Setelah jaring ditarik dan mendekat bibir pantai, nelayan mengambil ikan yang terjaring. “Setiap kali jaring ditarik, pasti terbawa sampah plastik. Sedangkan ikan yang terjaring sedikit sekali,” kata Erwan (45 tahun), nelayan payang Sukaraja.

Menurut Erwan, sampah-sampah sudah menumpuk menjadi pemandangan sehari-hari. Warga tidak bisa berbuat banyak untuk membersihkannya, secara luas. “Setiap hujan, sampah bertambah terus,” ujarnya.

Edi (56 tahun), nelayan lainnya mengatakan, keberadaan sampah plastik sudah sangat mengganggu aktivitas nelayan payang. Sampah-sampah plastik dari rumah tangga tersebut tergenang di laut dan menumpuk di pantai. Sehingga, jaring-jaring nelayan yang sudah ditebar di tengah laut, banyak sampahnya.

"Sampah-sampah plastik tidak pernah hilang. Kami nelayan sudah sulit mencari ikan di laut, karena banyak sampah. Banyak sampah yang dijaring dibandingkan ikannya," kata Edi.

Ketua Komunitas Nelayan Sukaraja Maryudi mengatakan, banyaknya sampah di kampung nelayan Sukaraja sudah lama terjadi sampai sekarang. Warga sudah tidak sanggup lagi untuk membersihkannya, karena volume sampah yang masuk laut semakin meningkat, terutama sampah plastik.

Dia mengatakan, banyaknya sampah yang masuk laut berasal dari aliran sungai dalam kota. Sungai-sungai tersebut masih banyak warga yang menjadikannya tempat pembuangan sampah, sehingga saat hujan turun apalagi deras, air sungai meluap dan sampah mengalir hingga muara laut.

Wakil Gubernur Lampung Chusnunia pernah meninjau kawasan kampung nelayan Sukaraja yang berada di pesisir Teluk Lampung pada 18 Juni 2019. Kunjungan itupun, setelah berita sampah mengganggu hasil tangkapan ikan nelayan.

Chusnunia berdialog dengan nelayan dan warga setempat. Kala itu dia menyatakan, akan ada kajian kewenangan Pemprov Lampung dan Pemkot Bandar Lampung terkait dengan pengelolaan Teluk Lampung. “Kita akan mengkaji apa saja yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita. Jangan sampai keputusan yang diambil nanti membuat nelayan dan masyarakat keberatan,” kata mantan bupati Lampung Timur itu kepada nelayan.

PT Pelindo II Cabang Panjang bergerak untuk membersihkan sampah di perairan Teluk Lampung. Pelindo menyumbangkan satu kapal pengangkut sampah yang diberi nama Telok Betong. Kapal ini menyisir dan mengangkut sampah di laut teluk setiap hari.

Kapal Telok Betong beroperasi setelah diluncurkan 31 Juli 2019. General Manager PT Pelindo II Cabang Panjang Drajat Sulistyo mengatakan, baru satu kapal yang akan mengangkut sampah di laut. Ia berharap kontribusi dari pemerintah daerah dan swasta lainnya dapat menambah jumlah kapal pengangkut sampah, mengingat luasnya perairan Teluk Lampung.

Namun seiring waktu setelah peluncuran, Kapal Telok Betong yang bertugas menyisir dan mengangkut sampah di laut setiap hari, menurut warga setempat, tidak lagi beroperasi, sedangkan sampah di laut semakin banyak. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement