REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju urbanisasi atau perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota, terus terjadi. Dampaknya, kini lebih dari setengah penduduk Indonesia tinggal di kota.
"Menurut data Dukcapil, sudah mulai lebih banyak di kota daripada di desa. Lebih kurang 51-52 persen di kota, 48-49 persen ada di desa. Itu kondisi sekarang," kata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian dalam rapat koordinasi Kick Off Pelaksanaan Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) Tahun 2023 di sebuah hotel di Jakarta, Selasa (11/7/2023).
Menurut Tito, menumpuknya penduduk di kota punya sejumlah dampak negatif. Dia berkaca dari yang dialami negara Jepang, yang sebagian besar penduduknya tinggal di Kota Tokyo, Kyoto, dan Osaka.
Penduduk negeri 'Matahari Terbit' itu hidup di kota-kota besar dengan iklim kerja, dunia usaha, dan pendidikan yang kompetitif "Akibat yang terjadi mereka stres dan angka kasus bunuh diri tinggi. Yang kedua, mereka juga terlambat untuk menikah, bahkan ada yang tidak mau menikah,” ujarnya.
Alhasil, lanjut Tito, pertumbuhan penduduk Jepang amat minim. Jumlah kelahiran lebih sedikit daripada jumlah kematian. Hal ini diketahuinya dari sejumlah pejabat tinggi Pemerintah Jepang ketika Tito bersama wakil presiden melawat ke negeri di Asia Timur itu pada 2022 lalu.
Adapun Indonesia, kata dia, kini sedang mengalami bonus demografi. Penduduk Indonesia banyak diisi oleh kelompok usia produktif sehingga menciptakan angkatan kerja yang besar untuk produksi.
Karena itu, Tito menilai desa harus diperkuat agar bisa menghadirkan lapangan pekerjaan. Dengan begitu, penduduk usia produktif bisa bekerja di desa dan laju urbanisasi bisa ditekan. "Desa harus menjadi sentra-sentra ekonomi yang baru, tidak hanya mengandalkan kota," kata mantan Kapolri itu.