Rabu 12 Jul 2023 08:46 WIB

Erdogan Ingin Sama-Sama Menyenangkan Barat dan Rusia

Turki perlu tambahan investasi dari Barat selain dari negara-negara Teluk.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan  bersama istrinya menghadiri jamuan makan malam di sela pertemuan NATO, Selasa (11/7/2023).
Foto: EPA-EFE/TIM IRELAND
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama istrinya menghadiri jamuan makan malam di sela pertemuan NATO, Selasa (11/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menempuh sejumlah langkah dalam beberapa terakhir ini. Langkah yang dianggap untuk menyenangkan AS dan negara-negara Barat yang menjadi sekutu negeri Pam Sam itu. Di sisi lain menyisakan rasa kecewa bagi Rusia. Namun Rusia menegaskan ingin terus menjalin hubungan baik dengan Turki. 

Pekan lalu, Turki mengizinkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy membawa pulang lima komandan militer mereka yang ditahan di Turki di bawah kesepakatan pertukaran tahanan dengan Rusia. Tindakan Turki membuat Moskow tak senang. 

Baca Juga

Langkah lanjutan terjadi  Senin (10/7/2023), setelah setahun lebih akhirnya Erdogan menyetujui Swedia menjadi anggota NATO. Perubahan ini disambut hangat para pemimpin Barat karena memperkuat aliansi pertahanan mereka melawan Rusia.

Para pengamat meyakini, langkah-langkah Erdogan termasuk memberikan dukungan Ukraina bergabung dengan NATO bukan kebetulan belaka. 

‘’Ada persepi dalam beberapa tahun ini hubungan Turki-Rusia berjalan terlalu jauh. Ini mengindikasikan upaya Turki untuk menyeimbangkan kembali,’’kata Galip Dalay dari lembaga think tank, Chatham House, Selasa (11/7/2023). 

Dalay menambahkan, salah satu motivasi Turki adalah mengangkat ekonomi dalam negeri dan menarik investasi asing. Menurut dia, hubungan yang kurang baik dengan Barat membuat ekonomi dan aliran investasi tersendat. 

Turki memang mulai mencoba menarik investasi dari negara-negara Teluk. Namun itu saja tidak cukup. Dalay menyatakan, perlu tambahan investasi dari Barat. ‘’Turki tak ingin hubungannya dengan Rusia menciptakan luka berat tetapi ini memang dampak tak terelakkan.’’

Setelah pemilu presiden Mei lalu, Erdogan merasa memiliki ruang lebih longgar dalam bermanuver. Mengenai hal ini, kantor komunikasi presiden Turki tak memberikan respons. 

Sehari setelah Ankara memberikan lampu hijau kepada Swedia bergabung dengan NATO, Washington menyatakan akan memuluskan pembicaraan dengan Kongres terkait penjualan pesawat tempur F-16 ke Turki. 

Turki mengajukan keinginan membeli pesawat tempur....

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement