Rabu 12 Jul 2023 10:09 WIB

Seskab Zaman SBY, Dipo Alam, Usul ke Megawati Agar PDIP Berkoalisi dengan Demokrat

Mungkinkah PDIP dan Partai Demokrat berkoalisi. Megawati hanya senyum-senyum kecil ketika sekretaris kabinet (seskab) zaman SBY, Dipo Alam pada 2012 mengusulkan agar PDIP-Demokrat berkoalisi.

Rep: oohya! I demi Indonesia/ Red: Partner
.
Foto: network /oohya! I demi Indonesia
.

Setelah<a href= Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono bertemu, apakah DPIP akan serius berkoalisi dengan Demokrat? Seskab zaman SBY, Dipo Alam, dulu pernah mengusulkan kepada Megawati agar PDIP berkoaliasi dengan Demokrat (foto: nawir arsyad akbar/republika)." />
Setelah Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono bertemu, apakah DPIP akan serius berkoalisi dengan Demokrat? Seskab zaman SBY, Dipo Alam, dulu pernah mengusulkan kepada Megawati agar PDIP berkoaliasi dengan Demokrat (foto: nawir arsyad akbar/republika).

PDIP menyatakan Agus Harimurti Yudhoyono menjadi salah satu kandidat cawapres untuk Ganjar Pranowo. Lalu, Puan Maharani pun bertemu dengan Agus Harimurti. Seriuskah langkah PDIP?

Ketika Megawati menjadi presiden menggantikan Gus Dur, wakil presidennya Hamzah Haz, tokoh NU, politisi PPP. Pada Pilpres 2004, Megawati maju dengan cawapres KH Hasyim Muzadi, tokoh NU. Pada Pilpres 2014, Jokowi dimajukan PDIP dengan cawapres Jusuf Kalla, pengusaha dari Indonesia Timur yang juga tokoh NU. Lalu pada Pilpres 2019 Jokowi dimajukan lagi dengan cawapres KH Ma’ruf Amin, tokoh NU.

Beranikah PDIP menanggalkan label tokoh Islam untuk cawapres pada Pilpres 2024? Ganjar yang dicapreskan sudah dipoles dengan pemberitaan sebagai pengasuh berbagai pondok pesantren di Jawa Tengah. Keluarga istrinya memiliki pesantren. Polesan semacam ini sudahkah berhasil, sehingga berani melamar Agus Harimurti, yang tidak memiliki label tokoh Islam, sebagai cawapres untuk Ganjar?

Sebagai partai nasionalis sekuler, PDIP sepertinya memang menempatkan pemilih Islam sebagai sasaran prioritas, karena suara besar di Jawa mayoritas adalah Islam. Maka, selama ini yang digaet selalu sebagai cawapres tokoh Islam. Bahkan untuk tujuan itu, PDIP mendirikan sayap partai yang bernuansa Islam, yaitu Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) pada 2007. Hanya pada Pilpres 2009, Megawati memilih tokoh nasionalis sekuler juga sebagai cawapresnya, Prabowo Subianto.

Pada 2004, Seskab zaman Presiden SBY, Dipo Alam, melihat SBY menunggu dipinang Megawati, sehingga SBY melalu bersikap wait and see, demi menjaga adab sebagai bawahan Megawati. Sebagai orang Jawa, kata Dipo dalam buku Dipo Alam dalam Pusaran Adab Dipimpin dan Memimpin, SBY tidak kehilangan unggah ungguh terhadap atasan. Tapi yang terjadi, SBY dikucilkan oleh Megawati.

Setelah pada Maret 2004 berita SBY dikucilkan dimuat di Republika dan suami Megawati, Taufiq Kiemas, mengecam SBY, nama SBY melambung. Saat itu Republika berhasil membujuk Sekretaris Menko Polkam Sudi Silalahi perihal pengucilan SBY oleh Megawati lalu menjadi berita utama halaman satu edisi 1 Maret 2004.

Republika menulis sebagai berikut:

''Sekembalinya dari luar negeri, Bapak menanyakan 'Apakah Polkam diundang atau dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk keliling ke daerah-daerah, terutama yang melibatkan pejabat di bawah Polkam?' Saya pun menjawab tidak,'' kata Sudi.

Yudhoyono berkunjung ke Beijing dan Shanghai pada 21-26 Februari. Ini adalah undangan dari Pemerintah Cina untuk membicarakan kerja sama bilateral di bidang keamanan dan pertahanan. Undangan itu sendiri dikirimkan sejak 2003, namun baru dipenuhi Yudhoyono Februari ini.

Setelah mengetahui Kantor Polkam tak diundang untuk keliling daerah, kata Sudi, Yudhoyono bertanya lagi, ''Kenapa ya, enam bulan terakhir ini Kementerian Polkam untuk beberapa kali rapat kabinet tidak pernah dilibatkan?''

Setelah itu, Taufiq memberi komentar SBY seperti anak kecil karena mengeluh di koran. Karena sebagai menteri, menurut Taufiq, semestinya SBY bertanya langsung ke Presiden Megawati. "Masa, jenderal bintang empat takut ngomong ke presiden," kata Taufiq saat itu. SBY dan Megaati sama-sama pemimpin partai. “Kedua partai tersebut dalam empat pemilu terakhir kebetulan belum pernah berkoalisi di tingkat nasional. Namun, hal-hal semacam itu tidak selalu mewakili hubungan pribadi dan sikap keduanya,” tulis Dipo yang menyebut SBY sealu menjaga hubungan baik dengan siapa pun dalam berpolitik.

Pada 2012, Dipo pernah menguculkan agar DPIP berkaloasi dengan Denokrat. Itu ia lakukan ketika ia menghadap Megawati menyampaikan keinginan meminta kader PDIP menjadi duta besar. tapi saat itu Megawati menyela kata pengantar Dipo. “Saudara Dipo, siapa yang akan dicalonkan PDIP sebagai dubes dan di negara-negara mana, itu yang tentukan Ketua Umum. Saya tidak mau calon dubes kami penempatannya di negara yang ecek-ecek,” kata Mega seperti ditulis Dipo.

Setelah menjelaskan bahwa dubes PDIP akan ditempatkan di negara yang penting, Megawtai tersenyum. Lalu untuk menghangatkan pembicaraan, Dipo menyampaikan usulannya. “Bu, boleh tidak saya memberi usul. pemilu 2014 kan tinggal sebentar lagi. PDIP ini kan partai nasionalis, bukan partai agama. Begitu juga dnegan Partai Demokrat, karakternya juga nasionalis religious. Saya bayangkan, apa sih susahnya partai-partai nasionalis ini untuk bersatu? Kenapa berkoalisinya harus terus menerus dengan partai agama? Kenapa sesama partai nasionalis justru tidak bisa berkalosi.”

Menanggapi usulannya itu, kata Dipo, megawati hanay senyum-senyum kecil. Ketika Dipo pamit pulang, di pelataran taufiq yang mengantarnya, memeluknya. “Gua demen deh ama elu. Berani ya lu ngomong kayak gitu ke Mbak Mega, ngusulin PDIP dan Demokrat berkoalisi. Di kita nggak ada yang berani ngomong gitu,” kata Taufiq kepada Dipo.

Mungkinkah PDIP berkoalisi dengan Demokrat pada Pilpres 2024?

Priyantono Oemar

sumber : https://oohya.republika.co.id/posts/227539/seskab-zaman-sby-dipo-alam-usul-ke-megawati-agar-pdip-berkoalisi-dengan-demokrat
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement