REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Berawal dari keinginan menyediakan makanan halal bagi wisatawan yang berkunjung ke Osaka, Jepang, Wulandari membuka usaha restorannya pada 2014. Pada saat itu, tak mudah untuk mencari makanan halal di Osaka, terlebih lagi makanan khas Indonesia. Pemilik Cafe Bintang Osaka itu lantas membulatkan tekad dan merintis usahanya.
"Jadi memang usaha ini sekaligus untuk membantu wisatawan juga," ungkap Wulandari kepada Republika.co.id, beberapa waktu lalu.
Cafe Bintang terletak di Higashi Shinsaibashi. Hanya beberapa kilometer jaraknya dari kawasan padat wisatawan Dotonbori di Osaka.
Di Cafe Bintang, Wulandari menjajakan masakan khas nusantara. Menunya antara lain sop buntut, bebek madura, bebek penyet, seblak, nasi goreng, dan tempe mendoan. Cafe Bintang juga menerima pemesanan bento atau nasi kotak dengan menu-menu tersebut. Tak hanya itu, Wulandari juga kerap menerima pesanan nasi tumpeng.
"Ariel Noah pernah ke sini dan pesan tumpeng. Ada juga (pesanan tumpeng) warga yang merayakan kelulusan atau pernikahan," ujarnya.
Untuk menjaga cita rasa masakan, Wulandari mendatangkan langsung juru masak dari Indonesia. Sejauh ini, ujarnya, banyak komentar positif dari tamu yang datang terkait rasa masakan di restoran tersebut.
"Karena kita punya juru masak dari Indonesia maka saya mengandalkan resep dia. Biasanya kita sharing dan diskusi soal menu. Kalau menurut saya oke, bisa dimasukkan dalam daftar menu," kata Wulandari.
Target pasar Wulandari tidak hanya muncul dari kalangan wisatawan Indonesia. Wisatawan dari negara lain seperti Malaysia dan bahkan China juga kemudian kerap berkunjung ke Cafe Bintang. Terutama untuk mencari makanan halal.
Ada juga wisatawan dari negara non-Muslim, seperti dari kawasan Eropa atau Australia yang berkunjung. Kebanyakan memang mencari makanan khas Indonesia. Rekomendasi dari mesin pencarian di internet membawa para wisatawan berkunjung ke restoran milik Wulandari.
Perjalanan bisnis Wulandari bukan tanpa jatuh bangun. Sebagai orang Indonesia yang mencoba berusaha di Jepang, ada sejumlah proses yang perlu dilalui. Dia mengaku sangat terbantu karena memiliki relasi dan teman-teman yang bisa menjelaskan tahapan-tahapan pengurusan perizinan berusaha di Negeri Matahari Terbit itu.
Menurut Wulandari, izin usaha di Jepang sebetulnya tidak berbelit. Akan tetapi, memang ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sebelum membuka usaha.
"Contohnya, gorden. Itu ada ketentuan dari mereka tidak boleh mudah terbakar. Jadi, untuk kain dan sebagainya itu harus yang sudah mendapatkan izin," katanya.
Ada juga beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi seperti higienitas, standar tempat cuci tangan, dan lain-lain. Pemilik juga harus mengikuti seminar untuk mendapatkan sertifikat membuka usaha restoran di Jepang.
Wulandari mengaku, pada tahun-tahun awal bisnisnya berjalan tidak begitu baik. Bahkan, sempat mencatat rugi.
Beberapa kali, Wulandari harus merogoh kocek pribadi untuk membayar sewa tempat. Akan tetapi, dia tidak menyerah. Dia berpendapat, apabila restoran ini terus eksis maka tamu juga akan datang dengan sendirinya.
"Ditambah juga dengan saya mengambil juru masak dari Indonesia, alhamdulillah tamu semakin banyak yang datang. Karena kembali ke makanannya saya nilai memang enak," ujar Wulandari.
Wulandari menilai, pasar makanan halal di Jepang akan terus bertumbuh ke depan. Hal ini didorong oleh kunjungan wisatawan yang semakin banyak dari berbagai negara di dunia. Selain itu, restoran halal di Jepang, khususnya di Osaka juga masih sedikit.
Kondisi itu mendorong Wulandari mencoba mengembangkan usahanya. Selain masakan nusantara, dia berencana membuka restoran khusus masakan minang. Tak hanya itu, dia juga melirik bisnis restoran ramen halal.
"Ini karena wisatawan ingin makanan khas Jepang tapi tetap halal. Kita juga sedang rencanakan restoran wagyu halal," ujarnya.
Untuk mendukung pengembangan itu, Wulandari membutuhkan dapur pusat atau central kitchen. Tempat itu akan menjadi pusat penyimpanan bahan baku dan proses pengolahan supaya cita rasa makanan di semua restorannya bisa terjaga.
Wulandari merasa terbantu berkat adanya program Diaspora Loan yang disediakan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Dengan bantuan kredit itu, Wulandari siap menambah aset untuk meningkatkan kapasitas usahanya.
"Nantinya, loan itu akan digunakan untuk pembangunan central kitchen," kata Wulandari.
Saling membantu adalah kata kunci dalam berbisnis yang selalu ditekankan oleh Wulandari. Wulandari memiliki kesibukan tinggi karena selain berbisnis dia juga seorang wanita karier dan mengurus keluarga dan anak-anak di rumah. Meski begitu, semangat untuk membantu orang lain membuat Wulandari tetap berjuang melanjutkan bisnisnya.
"Alhamdulillah saya selalu menekankan ke diri saya sendiri bahwa saya harus berusaha. Saya juga senang membantu orang Indonesia yang ingin bekerja di Jepang. Kita warga Indonesia di Jepang memang minoritas, tapi apabila kita terus berhubungan baik dengan semua orang maka kita akan terbantu," ungkap Wulandari.