REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker) Makkah KH Zulkarnain Nasution menyampaikan badal wafat bagi jamaah haji yang meninggal sejak masuk embarkasi sampai menjelang wukuf di padang Arafah. Sementara jamaah haji yang wafat setelah wukuf, mereka sudah dikategorikan jamaah sudah berhaji.
"Badal haji bagi jamaah haji yang sakit di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) dan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) sampai menjelang wukuf yang tidak bisa dibawa safari wukuf ke Arafah," kata Kiai Zulkarnain kepada Republika.co.id, Rabu (12/7/2023).
Kiai Zulkarnain mengatakan, kriteria badal haji seperti ini penetapannya melalui visitasi dan observasi tim dokter secara berjenjang. Dimulai dari proses tim kesehatan kloter hingga penetapan oleh tim kesehatan di KKHI.
Adapun pembiayaan badal haji, bagi pembadal diberikan upah yang ditanggung oleh pemerintah sebesar 2.500 riyal per orang setelah dipotong pajak. Pelaksana badal diminta kesediaannya bagi petugas-petugas haji yang sudah berhaji dan tidak terikat dengan badal haji dari orang lain.
"Jadi, bagi keluarga jamaah haji di Indonesia jangan risau karena semua jamaah haji yang sudah diberangkatkan ke Tanah Suci dipastikan semua sudah berhaji," ujar Kiai Zulkarnain.
Ia menambahkan, bagi jamaah haji yang dibadalhajikan tentu akan diberikan sertifikat badal haji dari pemerintah. Kiai Zulkarnain juga menyampaikan, jumlah jamaah haji yang dibadalkan karena wafat sebanyak 179 orang. Sementara, jamaah haji yang dibadalkan karena sakit sebanyak 178 orang, di antaranya 161 orang dirawat di RSAS dan 17 orang dirawat di KKHI.
Badal haji adalah kegiatan menghajikan orang yang belum haji karena wafat atau sakit berat. Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) pada Rabu (12/7/2023) sebanyak 580 jamaah haji telah wafat. Jamaah haji yang dirawat di RSAS Makkah sebanyak 165 orang dan dirawat di KKHI Makkah 166 orang. Di RSAS Madinah tujuh orang dan di KKHI Madinah 20 orang.