REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDI Perjuangan tampak tidak terlalu memusingkan elektabilitas capres mereka, Ganjar Pranowo, yang belakangan tidak stabil. Ketua DPP PDIP, Aria Bima, mengaku tidak kaget elektabilitas Prabowo bisa tinggi.
Ia mengatakan, tipologi Ganjar tipikalnya malah akan lari kencang saat hasil-hasil survei menyatakan sebagai 'underdog' dan alami penurunan. Termasuk, meraih angka-angka yang ada di bawah Prabowo sampai selisih tiga persen.
Tapi, Aria mengingatkan, setiap dipasangkan dengan siapapun, Ganjar juga naik. Ia melihat, variabel pasangan penting untuk menentukan kemenangan, kombinasikan Ganjar dengan Erick Thohir atau Sandi Uno atau nama lain.
"Masih ada delapan bulan, saya tidak kaget kalau Pak Prabowo yang sudah bergerak cukup lama, 15 tahun ikut pilpres (elektabilitasnya) luar biasa dan Ganjar Pranowo baru 2 bulan (jadi capres)," kata Aria, Rabu (12/7).
Saat ini, ia menuturkan, mereka masih pula menanti sebenarnya berapa persen masyarakat mengenal sosok Ganjar Pranowo. Kemudian, seberapa besar persentase masyarakat yang mengenal Ganjar sebagai capres.
Sebab, Aria merasa, dari posisi keterkenalan baru bisa dilihat apple to apple. Apalagi, dari standar populasi yang ada, masih ada sekian persen masyarakat yang tidak memakai telfon dan tidak terekam lembaga survei.
"Sehingga, hasil akhir dari survei (LSI Juli 2023) ini masih ada size berapa persen masyarakat yang memang tidak menggunakan telfon," ujar Aria.
Artinya, ia menambahkan, selain belum menentukan pilihan, ada berapa persen yang tidak terjangkau suaranya. Karenanya. Aria mengaku tidak khawatir kalau saat ini suara Ganjar masih tertinggal dari Prabowo.
Sebelumnya, rilis survei LSI menunjukkan elektabilitas Prabowo Subianto yang konsisten berada di puncak selama beberapa bulan terakhir. Bahkan, mampu mengungguli elektabilitas Ganjar Pranowo yang sebelumnya kuat.