REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sejumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Solo sepi peminat. Setidaknya ada 13 SDN yang jumlah siswa didik barunya hanya berkisar di bawah angka 10 anak. Sekretaris Dinas Pendidikan Solo, Abdul Haris mengungkapkan dari data per 24 Juli 2024 setidaknya ada 13 SDN yang memulai tahun ajaran 2023/2024 dengan jumlah siswa baru kurang dari 10 anak.
"Datanya sekitar 13, tapi saya belum mengecek lagi. Ada yang sepuluh, ada yang lima," katanya saat dihubungi, Rabu (12/7/2022).
Menurutnya, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya anak usia masuk sekolah yang berada di lingkungan sekitarnya. Namun, ia juga mengungkapkan bahwa keadaan tersebut tidak terjadi setiap tahun di 13 sekolah itu. "Penyebabnya karena memang tidak ada anak usia masuk sekolah di sekitar sekolah ya, jadi tergantung anak di sekitarnya," katanya.
"Tidak setiap tahun. Bisa jadi misalnya karena tahun ini memang tidak ada anak di sekitarnya yang masuk usia sekolah. Jadinya kurang. Ada kalanya banyak juga anak-anak usia sekolah di sekitarnya," katanya menambahkan.
Pihaknya juga mengungkapkan tak memperbolehkan sekolah untuk membuka pendaftaran secara offline kendati sekolah kekurangan siswa. Pasalnya hal tersebut akan berdampak juga untuk sekolah lainnya.
"Buka offline si enggak, cuma nanti kan kalau ada yang tidak mampu, kalau offline nggak boleh, cuma nanti yang otomatis yang sudah mampu kan ke swasta, yang di luar itu," katanya.
Sebelumnya, SD Negeri Nayu Barat 1, Nusukan, Banjarsari, Solo juga mengalami nasib yang sama dengan SDN Tumenggungan. Dimana hingga kini baru ada satu peserta didik baru yang mendaftar melalui jalur zonasi. "Jalur zonasi kita baru terima satu siswa, untuk siswa afirmasi kita tidak menerima," kata kepala SDN Nayu Barat 1 Inawangsih, Selasa (11/7/2023).
Ina menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat orang tua menyekolahkan anaknya di sana. Yakni, berkurangnya penduduk di sekitar area sekolah lantaran terkena relokasi pembangunan elevated rail. Ada juga faktor ekonomi masyarakat yang didominasi kalangan menengah ke atas sehingga mereka lebih memilih memasukkan anaknya di sekolah swasta.
"Kendala kita ya saya melihat pemukiman pinggir rel semua direlokasi dan mayoritas warga sini kalangan menengah ke atas sehingga mencari sekolah di swasta yang saya ketahui itu," katanya.
Faktor lainnya juga mereka harus bersaing dengan 4 SDN yang menempati zonasi yang sama. Yakni SDN Rejosari, SDN Nayu Barat 2, SDN Cengklik serta SDN Cemara dua. "Kita juga bersaing dengan sekolah negeri lain, yang zonanya sama, apalagi mereka membuka rombel kelas yang banyak. Sehingga mereka larinya ke sana," katanya.
Kendati demikian, pihaknya akan menerima sembilan siswa dari luar kota lantaran sepinya peminat di SD tersebut. "Untuk offline kita terima sembilan siswa, siswa dari luar Kota Sukoharjo dan Karanganyar, " katanya.