REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sedikit literatur sejarah yang menguraikan interaksi dunia Islam di zaman Nabi Muhammad SAW dengan Cina. Lantas apakah sebetulnya pernah terjadi interaksi antara Islam di zaman Nabi SAW dengan Cina?
Sejarawan Khaled bin Suleiman Al-Khowiter, dalam tulisannya yang dimuat di Al-Jazirah, memaparkan hal tersebut. Pada tahun ke-7 Hijriah, setelah penaklukan Khaybar, Nabi SAW mengirim pesan kepada para pemimpin di dalam dan di luar Jazirah Arab, untuk mengajak mereka masuk Islam.
Sejumlah literatur sirah Nabi menyebut nama-nama para pemimpin itu, isi pesan Nabi dan bagaimana tanggapannya. Namun, saat ini tidak ditemukan sumber referensi yang menyebut adanya pesan kenabian yang dikirim kepada raja Cina.
Di tahun ke-9 Hijriah, banyak utusan dari berbagai wilayah yang datang menemui Nabi SAW. Tetapi semua delegasi itu adalah orang Arab, dan tidak satu pun dari mereka yang berasal dari luar Arab.
Meski demikian, sumber-sumber referensi Cina menyebutkan, raja Cina dari Dinasti Tang pernah mengirim delegasi atau utusan ketika mendengar kabar kenabian Nabi Muhammad SAW. Para utusan itu mengumpulkan informasi lapangan tentang agama baru dan pengikutnya, sampai ke Irak.
Kemudian, berlanjut ke era penggantinya, yaitu Kaisar Li Zhi dari Dinasti Tang. Al Khowiter mengatakan, dari sini dapat diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW tidak mengirim pesan kenabian ke kaisar Cina. Lalu Kaisar Cina berinisiatif mengirimkan delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW di Madinah.
Lihat halaman berikutnya >>>