Rabu 12 Jul 2023 19:11 WIB

Indonesia Kaya Buah Tapi Impor, Moeldoko: Sinting Kita!

Produk holtikultura Indonesia bisa jadi devisa yang tinggi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, saat menyampaikan sambutan dalam Kompas Talks Ketahanan Pangan Melalui Elektrifikasi Agrikultur di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (12/7/2023).
Foto: Republika/Dedy Darmawan
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, saat menyampaikan sambutan dalam Kompas Talks Ketahanan Pangan Melalui Elektrifikasi Agrikultur di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (12/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko  mengaju jengkel terhadap sektor pangan Indonesia yang hingga saat ini masih suka mengimpor aneka buah-buahan tropis, seperti alpukat. Padahal, buah alpukat sendiri dapat dibudidayakan di Indonesia oleh para petani di dalam negeri. 

Ia menyebut, hingga saat ini masih banyak alpukat yang diimpor langung dari Australia padahal varietas asli Indonesia juga tak kalah. Importasi buah-buahan yang Indonesia bisa memproduksi dengan bibit unggul semestinya tidak dilakukan sehingga produk dalam negeri dapat terserap sepenuhnya. 

“Ironis lagi, kenapa kita impor alpukat dari Australia? Sinting kita, kita bisa tanam? saya sudah tanam, bisa. Kenapa kita begitu?” kata Moeldoko dalam Kompas Talks “Ketahanan Pangan melalui Elektrifikasi Agrikultur” di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (12/7/2023).

Moeldoko yang juga sebagai Kepala Staf Presiden mengatakan, semestinya Indonesia bisa menginventarisasi produk-produk unggulan hortikultura sendiri. Buah-buahan tropis yang dimiliki sejak dulu terus berkembang dan bahkan telah menembus pasar ekspor karena dibutuhkan banyak negara yang tak punya iklim tropis. 

“Memang yang bisa menghasilkan buah tropis itu dari kawasan ASEAN. Kenapa juga harus Thailand yang merajai itu? Kenapa Indonesia tidak bisa? Kita punya varian tanah yang masing-masing punya keunggulan,” ujarnya menambahkan. 

Tak hanya alpukat, ia menyebut buah naga juga punya potensi yang sangat besar namun masih kurang dimanfaatkan. Ia bercerita, saat berbincang dengan warga Amerika Serikat di mana di sana buah naga merah dihargai hingga 15 dolar AS per buah atau sekitar Rp 174 ribu. 

Melihat itu, Indonesia dengan kekayaan buah tropis dapat mengambil peluang pasar. Ia pun meminta agar Kementerian Pertanian dapat lebih gencar dan fokus untuk meningkatkan produksi maupun perluasan pasar buah tropis asli Indonesia ke mancanegara. 

“Dikawal dengan baik oleh Kementerian Pertanian. Ini menjadi produk unggulan Indonesia. Itu devisa itu, luar biasa. Itu bagi para petani luar biasa," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement