REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengeksplorasi kuliner lokal merupakan salah satu agenda "wajib" yang umum dilakukan oleh orang-orang ketika berwisata. Sayangnya, aktivitas yang menyenangkan ini juga kerap membuat para wisatawan terkena masalah traveller's tummy.
Traveller's tummy merupakan istilah untuk masalah pencernaan yang dialami oleh wisatawan ketika sedang berlibur. Gejala yang dialami oleh wisatawan bila mengalaminya adalah diare dan kram perut. Selain terasa tidak nyaman, masalah ini juga dapat menghambat rencana berlibur para wisatawan.
Makanan dan minuman lokal di suatu tujuan wisata bisa memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh wisatawan. Menurut ahli gizi dari Medical Office of Manhattan di AS, Leah Silberman, perbedaan ini bisa mencakup asal bahan, prosedur penanganan, hingga standar kebersihannya.
"(Perbedaan) ini dapat meningkatkan peluang Anda untuk berkontak dengan infeksi atau polutan, yang mungkin belum bisa dilawan oleh tubuh Anda," jelas Silberman, seperti dilansirThe Sun pada Rabu (12/7).
Menurut NHS Fit to Travel, traveller's tummy atau diare saat berwisata bisa dipicu oleh beragam macam kuman. Sebagian di antaranya adalah bakteri seperti E.coli dan Salmonella, virus seperti norovirus, serta parasit.
Beragam kuman penyebab diare saat berwisata ini bisa mengontaminasi makanan dan minuman. Untuk menekan risiko terjadinya traveller's tummy saat berwisata, ada lima macam makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari. Berikut ini adalah kelima makanan dan minuman tersebut.
Ikan dan Daging Mentah
Ahli gizi dan CEO Culina Health, Vanessa Rissetto, sangat tidak menganjurkan konsumsi daging atau ikan mentah ketika berwisata ke negara-negara tertentu. Alasannya sumber daging atau ikan tersebut sulit untuk ditelusuri. Selain itu, cara penanganan hingga lamanya daging atau ikan mentah dijajakan juga kerap sulit untuk diketahui.
Beberapa contoh sajian ikan dan daging mentah tersebut adalah steak dengan tingkat kematangan rare, tartare (sapi mentah), serta sushi. Bila ikan dan daging mentah tidak dikelola dengan baik, wisatawan yang mengonsumsi sajian mentah ini berisiko mengonsumsi bakteri, parasit, atau virus penyebab penyakit.
Air Keran
Aman atau tidaknya air keran untuk dikonsumsi akan sangat bergantung pada wilayah destinasi wisata para pelancong. Air keran yang tidak aman dikonsumsi umumnya rentan terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit, termasuk kuman penyebab traveller's tummy.
"Mengingat patogen (kuman penyebab penyakit) tidak terlihat oleh mata telanjang, sulit untuk mengetahui keamanan air untuk diminum," kata CEO Stop Foodborne Illness, Mitzi Baum.
Untuk menekan risiko ini, Baum menganjurkan para wisatawan untuk selalu meminum air putih kemasan saat berlibur. Selain itu, Baum juga menganjurkan wisatawan untuk menyikat gigi menggunakan air putih kemasan.
Bila tak ada opsi air putih kemasan, Baum mengatakan wisatawan dapat merebus air keran terlebih dahulu sebelum diminum. Setelah direbus, air keran sebaiknya dibiarkan mendingin terlebih dahulu.