REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sedikitnya 88 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya luka-luka di negara bagian Himachal Pradesh akibat hujan monsun. Sejumlah mobil, bus, jembatan dan rumah tersapu oleh banjir besar.
Juru bicara pemerintah negara bagian Uttar Pradesh, Shishir Singh, mengatakan, sebanyak 12 orang tewas akibat insiden terkait hujan sejak Rabu (12/7/2023) di negara bagian Uttar Pradesh. Singh mengatakan, sembilan dari mereka tenggelam, dua meninggal disambar petir, dan satu orang tewas akibat gigitan ular.
Sementara satu orang tewas di New Delhi dan empat tewas di bagian Kashmir yang dikuasai India. Pihak berwenang menggunakan helikopter untuk menyelamatkan hampir 300 orang, kebanyakan wisatawan, yang terdampar di daerah Chandertal di negara bagian Himachal Pradesh sejak Sabtu (8/7/2023). Mereka termasuk tujuh orang sakit yang diterbangkan pada Selasa (11/7/2023).
Hampir 170 rumah ambruk dan 600 lainnya sebagian rusak akibat hujan lebat dan tanah longsor di negara bagian itu. Di New Delhi, daerah pemukiman yang dekat dengan Sungai Jamuna kebanjiran, sehingga menenggelamkan jalan, mobil, dan rumah. Selain itu ribuan orang dievakuasi dari daerah dataran rendah.
Ketinggian air Sungai Jamuna yang mengalir melalui ibu kota India mencapai rekor mencapai 207,71 meter (681,5 kaki) atau tertinggi dalam 40 tahun pada Rabu malam. Pihak berwenang telah mengevakuasi hampir 30 ribu orang ke kamp bantuan dan mengubah beberapa sekolah menjadi kamp bantuan di daerah yang terkena dampak paling parah. Ratusan orang dengan ternaknya juga berlindung di bawah jembatan jalan raya di bagian timur ibu kota India.
Rajesh Singh, seorang pemilik pabrik, terjebak dengan sepeda motornya selama berjam-jam karena air banjir menghalangi kedua sisi jalan di dekat tepi sungai. "Saya belum pernah melihat yang seperti ini dalam 22 tahun terakhir," ujarnya.
Badan cuaca India memperkirakan akan ada lebih banyak hujan lebat di bagian utara dalam beberapa hari mendatang. Hujan muson di seluruh negeri telah membawa curah hujan sekitar 2 persen lebih banyak dari biasanya.
“New Delhi tidak mengalami banyak hujan dalam dua hari terakhir, tetapi permukaan sungai telah naik karena debit air yang sangat tinggi dari bendungan Hathni Kund di negara bagian Haryana yang berdekatan,” kata pernyataan kantor pejabat terpilih New Delhi, Arvind Kejriwal.
India sering mengalami banjir parah selama musim hujan, yang berlangsung antara bulan Juni dan September dan mendatangkan sebagian besar curah hujan tahunan di Asia Selatan. Hujan sangat penting untuk tanaman tadah hujan tetapi sering menyebabkan kerusakan yang luas.
Para ilmuwan mengatakan musim hujan menjadi lebih tidak menentu karena perubahan iklim dan pemanasan global. Hal ini menyebabkan seringnya tanah longsor dan banjir bandang di Himalaya.