Kamis 13 Jul 2023 23:02 WIB

Pakar Jelaskan Mengapa Penyakit Antraks Sulit Diberantas

Antraks merupakan penyakit yang dapat menular ke manusia (zoonosis).

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Tradisi Mbrandu dan Wabah Antraks di Gunungkidul
Foto: infografis Republika
Tradisi Mbrandu dan Wabah Antraks di Gunungkidul

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Penyakit antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tengah menjadi sorotan. Pasalnya, kasus antraks tersebut telah menelan tiga korban jiwa dan sebanyak 93 orang dilaporkan positif antraks setelah mengonsumsi daging sapi yang sudah mati. 

Melihat fenomena itu, Guru Besar Bidang Kesehatan Hewan dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof Lili Zalizar mengatakan, penyakit antraks ini sulit diberantas. Hal ini karena ditularkan melalui spora antraks yang tahan di tanah selama bertahun tahun. 

Baca Juga

Karena tahan sampai puluhan tahun di tanah, kemungkinan ternak bisa terinfeksi karena makan rumput yang tercemar spora antraks. "Oleh karena itu, ternak yang mati diduga karena antraks harus dikubur dengan kedalaman minimal 2 meter," ungkap Lili.

Dosen prodi peternakan UMM itu menjelaskan, antraks merupakan penyakit yang dapat menular ke manusia (zoonosis) yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Penularan terjadi melalui spora anthrax yang bisa masuk melalui tiga jalur.

Pertama, yakni spora antraks bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran napas (terhirup) yang dapat menyebabkan sesak napas hingga berujung pada kematian. Selain itu, spora antraks bisa masuk melalui luka pada kulit  yang bisa menyebabkan bisul atau pembengkakan di tempat yang terinfeksi. Ketiga, spora antraks masuk ke saluran pencernaan dari daging hewan yang tidak dimasak dengan baik atau dengan suhu tinggi.

Menurut dia, gejala klinis pada hewan yang terserang antraks yaitu berupa kejang kejang dan tiba-tiba jatuh. Selain itu, juga ditemukan keluarnya darah dari mulut, hidung, anus dan vagina pada ternak betina.

Jika menemukan kejadian ini, para peternak dapat segera membuat laporan ke dinas peternakan atau mantri hewan. Para peternak juga dilarang keras untuk menyembelih hewan yang diduga terkena antraks. Hal ini karena darah yang keluar pada waktu penyembelihan berisi bakteri antraks. 

"Selain itu, di daerah endemik antraks seharusnya dilakukan vaksinasi secara reguler,” ucap Lili.

Dosen asli Subang, Jawa Barat juga memberikan beberapa tips untuk masyarakat yang ingin mengonsumsi daging agar tetap aman. Satu di antaranya yaitu memastikan membeli daging yang ternaknya disembelih di rumah potong hewan (RPH). Daging juga harus dimasak dengan suhu tinggi agar spora yang ada di daging mati.

Menurut dia, daging sebaiknya dimasak menggunakan presto atau autoclave dengan suhu 121 derajat Celsius selama 15 menit. Kemudian, direbus kembali dengan suhu 100 derajat Celsius selama satu sampai dua jam.

Untuk itu, antraks tidak hanya menyerang sapi tetapi juga dapat kambing, domba, kerbau dan juga babi. Penyebaran antraks antar hewan biasanya terjadi karena hewan ternak memakan rumput yang dekat dengan tempat di mana hewan tertular antraks dikubur.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement