REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Investment Authority (INA) berkomitmen membantu pembangunan Indonesia secara berkelanjutan dengan pembiayaan alternatif dan bukan melalui utang. Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah mengatakan akuisisi INA terhadap dua ruas tol Hutama Karya menjadi salah satu langkah konkret dalam hal tersebut.
"Kami berharap dengan diumumkannya penyelesaian transaksi investasi ini dapat terus membantu perkembangan kemajuan Indonesia," ujar Ridha saat penandatanganan kerja sama investasi pengelolaan ruas tol Medan-Binjai dan Ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (13/7/2023).
Ridha menilai, skema kerja sama dengan memberikan alternatif pembiayaan di luar utang akan berdampak pada akselerasi pembangunan Indonesia. Sejak berdiri pada dua tahun lalu, lanjut Ridha, INA telah mengundang banyak SWF, dana pensiun, mitra strategis, dan perusahaan asuransi global untuk ikut serta berinvestasi di Indonesia.
"Kami sudah berinvestasi di Indonesia lebih dari Rp 50 triliun. Mudah-mudahan dengan ini kita bisa melanjutkan peran kami untuk membantu Indonesia secara berkesinambungan," ucap Ridha.
Ridha menyampaikan, INA juga sudah menandatangani persetujuan untuk berinvestasi di Indonesia itu senilai Rp 400 triliun. INA, ucap Ridha, akan mengalokasikan dana investasi tersebut pada empat sektor prioritas yakni infrastruktur, kesehatan, digital, dan energi.
"(Investor asing yang tertarik) banyak, tugas kita memperkenalkan untuk masuk berpartisipasi pembangunan di Indonesia, termasuk jalan tol Jawa, Sumatera, ini yang sedang disiapkan," kata Ridha.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko mengatakan divestasi atau pelepasan ruas tol menjadi salah satu strategi yang akan terus dilakukan BUMN-BUMN Karya seperti Hutama Karya dan Waskita Karya. Tiko menyampaikan recycling asset atau pengalihan aset lama untuk membangun aset yang baru menjadi strategi bagi BUMN karya.
"Strategi kita di tol ini terus recycling asset, memang risiko (investasi) jalan tol itu saat pembangunan. Kami terus mendorong Hutama Karya dan Waskita dalam pembangunan, tapi setelah itu kita terus lakukan recycling asset," ujar Tiko.
Tiko menyebut INA menjadi katalis dalam investasi Indonesia. Tiko mengatakan INA dapat meyakinkan investor internasional untuk masuk berinvestasi di ruas tol yang dimiliki BUMN.
"Artinya ini basis komersial ini baik, trafik pascacovid-19 menunjukkan juga sesuai harapan. Jadi memang harapannya Trans Sumatera ini juga secara investasi tidak kalah dengan Trans Jawa," kata Tiko.