REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kecerdasan buatan (AI) generatif belakangan ini mendapat perhatian publik. Sejak kemunculan ChatGPT pada November lalu, AI kembali menjadi sorotan.
Menurut laporan Tech Vision 2023 yang dilakukan oleh Accenture, 95 persen eksekutif Indonesia sangat terinspirasi oleh kemampuan baru yang ditawarkan oleh model dasar AI. Mereka mengharapkan AI dapat membawakan beragam manfaat.
“Banyak dari mereka melihatnya untuk percepatan inovasi (90 persen) sehingga mereka bisa terinovasi kedepannya. Kemudian ada pengalaman pelanggan (89 persen),” kata Managing Director Applied Intelligence Lead for Indonesia Budiono, Kamis (13/7/2023).
Dalam kurun waktu tiga hingga lima tahun mendatang, sejumlah organisasi perusahaan di Indonesia merencanakan berbagai eksperimen bisnis menggunakan model fondasi yang dimiliki oleh AI. Tiga aktivitas terbanyak yang akan dilakukan meliputi customer support (85 persen), otomasi proses operasional (66 persen), dan analisis data (34 persen).
Meski begitu, penggunaan AI tidak terlepas dari risiko yang menyertainya. Menurut Budi, para eksekutif juga menyadari ada sejumlah kekhawatiran yang timbul. “Para eksekutif di Indonesia mengantisipasi dalam menghadapi penerapan teknologi yang tidak selaras (75 persen), tingkat ketahanan model dengan data waktu yang nyata (75 persen), dan biaya yang tinggi atau meningkat (18 persen),” ujarnya.
Semua kekhawatiran tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan AI yang bertanggung jawab, yaitu kumpulan kebijakan yang mengatur tentang penggunaan AI. “Kadang ada orang yang menggunakan AI untuk iseng, nah AI bisa tahu. Karena kalau kita biarkan saja ini, bisa menjadi bahaya. Makanya ada responsible AI,” ucap dia.