Jumat 14 Jul 2023 07:28 WIB

Anggota Kongres AS Ilhan Omar Boikot Pidato Presiden Israel

Omar mengutuk keputusan Israel pada 2019 yang melarangnya memasuki Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Ilhan Omar, anggota parlemen AS.
Foto: AP/J. Scott Applewhite
Ilhan Omar, anggota parlemen AS.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Ilhan Omar tidak akan menghadiri pidato Presiden Israel Isaac Herzog di sesi gabungan Kongres. Omar mengutuk keputusan Israel pada 2019 yang melarang dia dan anggota Kongres Rashida Tlaib memasuki Israel.

"Tidak mungkin saya menghadiri sesi pidato bersama seorang presiden yang negaranya telah melarang saya dan melarang Rashida Tlaib untuk melihat neneknya," ujar Omar dalam cicitan di Twitter.

Baca Juga

Pada 2019, Israel mengumumkan bahwa mereka melarang Omar dan Tlaib yang merupakan keturunan Palestina-Amerika memasuki wilayahnya. Larangan ini berlaku karena Omar dan Tlaib mendukung terhadap gerakan boikot Israel atau BDS.

Herzog dijadwalkan berpidato di majelis Kongres AS pekan depan untuk menandai peringatan 75 tahun Israel. Dia juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih.

"Pidato Presiden Israel Isaac Herzog datang atas nama pemerintah paling kanan dalam sejarah Israel, pada saat pemerintah secara terbuka berjanji untuk menghancurkan harapan negara Palestina, pada dasarnya meletakkan paku di peti mati perdamaian dan solusi dua negara," ujar Omar.

Omar juga mencatat pernyataan yang dibuat oleh menteri sayap kanan Israel, dan perdebatan yang sedang berlangsung atas rencana reformasi peradilan yang kontroversial. Omar mengatakan, kunjungan Herzog ke Washington berlangsung ketika kabinet sayap kanan Israel menyerang Presiden Biden. Seorang menteri kabinet sayap kanan Israel mengatakan, Israel tidak lagi menjadi bintang di bendera AS. 

“Itu terjadi ketika anggota kabinet Israel sayap kanan yang ekstrim menyerang langsung Presiden  Biden, dengan mengatakan Israel 'tidak lagi menjadi bintang' di bendera AS. Itu juga terjadi ketika pemerintah Israel mendorong melalui apa yang digambarkan oleh para ahli hukum sebagai kudeta yudisial untuk memusatkan kekuasaan dan merusak kontrol atas kekuasaan mereka, mendorong demonstrasi massa berbulan-bulan terhadap pemerintah di seluruh Israel," kata Omar.

Omar juga menyoroti invasi Israel ke Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat yang berlangsung selama kurang lebih 48 jam pada 3-4 Juli. Serangan ini mengakibatkan 12 orang Palestina tewas, termasuk 4 anak-anak. Serangan Israel juga melukai 120 orang dan kehancuran hampir 80 persen rumah dan infrastruktur Kamp Pengungsi Jenin.

“Ini semua adalah tren yang sangat memprihatinkan, terutama mengingat fakta bahwa kami memberi Israel bantuan militer tahunan hampir 4 miliar bantuan militer dolar AS. AS dapat dan harus menggunakan alat diplomatiknya untuk terlibat dengan pemerintah Israel," ujar Oman.

“Bulan lalu, saya menentang undangan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk berpidato pada sesi bersama berdasarkan catatan hak asasi manusia pemerintahnya. Dan bulan ini saya tidak akan menghadiri pidato serupa dari Presiden Israel Isaac Herzog,” kata Omar.

Telah terjadi peningkatan jumlah serangan Israel di Tepi Barat selama beberapa bulan terakhir, khususnya di Nablus dan Jenin. Selain itu, kekerasan juga dilakukan oleh pemukim ilegal yang kadang-kadang berbalik melawan pasukan Israel.

Serangan terbaru di Jenin telah menjadikan jumlah total warga Palestina yang tewas oleh pasukan Israel tahun ini menjadi 98 orang. Pada 2022 dianggap sebagai tahun yang paling mematikan bagi Tepi Barat sejak 2015.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement