REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembicaraan soal seksualitas pada perempuan mungkin masih dianggap tabu dan dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Apalagi jika itu membahas seluk-beluk orgasme dan ejakulasi perempuan.
Pandangan tersebut bisa membuat edukasi seksualitas bagi perempuan tidak berjalan maksimal. Salah satu contohnya, coba jawab pertanyaan ini. Apakah kamu tahu bahwa perempuan juga bisa ejakulasi? Apakah selama ini kamu sudah paham bahwa ejakulasi dan orgasme pada perempuan sebenarnya berbeda? Jika jawabannya belum, berarti wawasan mengenai seksualitas perempuan kamu masih minim.
Topik itu menimbulkan banyak keingintahuan dan diskusi, namun kurangnya pengetahuan tentangnya membuat orang percaya pada mitos dan kesalahpahaman.
Seksolog Chirag Bhandari mengatakan, ejakulasi perempuan juga biasa dikenal dengan istilah squirting atau curshing. Ejakulasi mengacu pada pelepasan cairan dari prostat perempuan atau kelenjar Skene selama gairah seksual atau ketika orgasme. Namun, tidak semua perempuan yang orgasme mengalami ejakulasi.
"Cairan yang dikeluarkan selama ejakulasi perempuan berbeda dari urine, dan ditemukan mengandung antigen spesifik prostat (PSA), yang juga terdapat dalam air mani pria," kata Bhandari, dikutip dari laman Health Shots, Kamis (13/7/2023).
Pendiri Institut Andrologi dan Kesehatan Seksual (IASH) di Jaipur, India, itu mengatakan ejakulasi pada perempuan sering disalahpahami dan bahkan diabaikan, ditandai dengan penelitian ilmiah yang terbatas. Namun, studi terbaru telah menjelaskan sifat dan pengalaman perempuan yang melaporkan ejakulasi.
Kuantitas dan karakteristik cairan dapat bervariasi pada setiap perempuan. Beberapa mungkin mengalami pengeluaran sedikit cairan, sementara yang lain mungkin lebih banyak. Penting untuk dicatat bahwa fenomena ejakulasi tidak identik dengan orgasme, karena perempuan dapat mengalami orgasme tanpa ejakulasi, dan sebaliknya.
Mengalami ejakulasi bisa menyenangkan bagi sebagian perempuan, sementara yang lain mungkin tidak menganggapnya signifikan atau mungkin tidak mengalaminya sama sekali. Bhandari menyoroti, ejakulasi pada perempuan bukanlah hal abnormal.
Sang pakar menyebutnya sebagai fenomena normal dan alami yang bisa terjadi pada sebagian perempuan selama aktivitas seksual. Dia mengatakan, perempuan itu sendiri maupun pasangan menikah perlu memperlakukan hal itu dengan penerimaan dan rasa hormat.
Akan tetapi, ejakulasi pada perempuan juga tidak boleh dianggap sebagai ukuran kepuasan atau kenikmatan seksual. Tidak adanya ejakulasi tidak menyiratkan ketidakcukupan atau kelainan, mengingat pengalaman seksual sangat beragam.
Menurut Bhandari, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi mekanisme dan fungsi ejakulasi perempuan secara lengkap. Dengan memperluas pengetahuan tentang topik itu, masyarakat dapat mempromosikan pemahaman seksualitas perempuan yang lebih inklusif dan terinformasi.
Pembicaraan terbuka, pendidikan, dan destigmatisasi dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung di mana perempuan dapat merasa nyaman berdiskusi dan mengeksplorasi tubuh dan pengalaman seksual mereka sendiri. Termasuk kemungkinan mengalami ejakulasi.