REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken melakukan pertemuan bilateral dengan Direktur Komisi Urusan Luar Negeri Komite Sentral Partai Komunis Cina Wang Yi di sela-sela ASEAN Post Ministerial Conference di Hotel Shangri-la, Jakarta, Kamis (13/7/2023). Pada kesempatan itu, Blinken menyampaikan sejumlah keprihatinan AS terhadap tindakan-tindakan Negeri Tirai Bambu, termasuk di Selat Taiwan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengungkapkan, pertemuan Blinken dengan Wang Yi merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk menjaga saluran komunikasi tetap terbuka. Dengan demikian, AS dapat mengklarifikasi berbagai kepentingannya serta mengelola persaingan secara bertanggung jawab.
Menurut Miller, dengan saluran komunikasi tetap terbuka, AS dan Cina dapat menghindari salah persepsi dan miskalkulasi. “Inilah yang diharapkan dunia dari AS dan Cina,” ujarnya sebagaimana dikutip dari keterangan pers yang dirilis Kedutaan Besar AS di Jakarta, Jumat (14/7/2023).
“Kedua belah pihak sepakat untuk mempertahankan saluran komunikasi terbuka dalam beberapa pekan dan bulan ke depan,” tambah Miller.
Saat bertemu Wang Yi, Blinken menyampaikan sejumlah keprihatinan AS dan para mitranya. “Menteri (Blinken) menggunakan pertemuan tersebut untuk memajukan kepentingan dan nilai-nilai AS, untuk secara langsung menyampaikan kekhawatiran yang sama-sama dimiliki oleh AS dan sekutu serta mitra terkait tindakan Cina,” ucap Miller.
Dia menambahkan, Blinken dan Wang Yi melakukan diskusi yang jujur dan konstruktif tentang berbagai masalah bilateral, regional, global. Termasuk membahas perbedaan dan bidang kerja sama potensial. “Menteri (Blinken) menekankan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” ucap Miller.
Taiwan merupakan salah satu isu yang membuat hubungan AS dan Cina dibekap ketegangan. Cina diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik Cina.
Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang memicu konfrontasi.
AS tidak memiliki hubungan resmi dengan Taiwan karena mengakui prinsip satu-Cina. Namun dalam ketegangan di Selat Taiwan, Washington berpihak dan mendukung Taiwan. Isu Taiwan menjadi salah satu isu yang membuat hubungan AS dan Cina dibekap ketegangan.