Jumat 14 Jul 2023 14:12 WIB

Ketegangan Hizbullah-Israel Meningkat di Perbatasan Lebanon

Pendudukan Israel bagian utara desa Ghajar di Dataran Tinggi Golan dapat perlawanan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Ketegangan meningkat dalam beberapa bulan terakhir antara Israel dan kelompok Hizbullah di perbatasan selatan Lebanon.
Foto: AP
Ketegangan meningkat dalam beberapa bulan terakhir antara Israel dan kelompok Hizbullah di perbatasan selatan Lebanon.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Ketegangan meningkat dalam beberapa bulan terakhir antara Israel dan kelompok Hizbullah di perbatasan selatan Lebanon. Pendudukan Israel bagian utara desa Ghajar di Dataran Tinggi Golan mendapatkan perlawanan.

Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan, Lebanon tidak akan menyerahkan desa itu kepada Israel. Dia mengatakan, membebaskan Ghajar adalah tanggung jawab rakyat, negara, dan perlawanan Lebanon.

Baca Juga

“Israel berencana untuk sepenuhnya menduduki desa Ghajar sebagai tanggapan atas tenda yang dipasang Hizbullah di perbatasan,” kata Nasrallah dikutip dari Anadolu Agency.

Sikap ini disampaikan dalam pidato yang disiarkan televisi untuk memperingati 17 tahun perang 34 hari antara Lebanon dan Israel pada 2006. Dia menegaskan, Israel telah selesai membangun tembok yang menggabungkan bagian utara Ghajar dan mengubahnya menjadi kawasan wisata.

“Sekitar satu tahun, Israel telah membuat persiapan untuk membangun pagar di sekitar kawasan ini. Seluruh komunitas internasional tetap diam," ujar Nasrallah.

Nasrallah menegaskan, perbatasan darat antara Lebanon dan Israel sudah jelas dan tidak perlu digambar ulang. Dia menunjukkan masalahnya berasal dari pendudukan Israel di wilayah tertentu di Lebanon.

Kementerian Luar Negeri Lebanon memperingatkan dalam sebuah pernyataan pada 4 Juli, Israel berusaha untuk memperluas zona pendudukan. Tindakan itu jelas melanggar Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB, yang melarang masuk ke bagian utara Ghajar.

Hizbullah mengatakan pada 7 Juli bahwa Israel telah menduduki seluruh desa. Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib menegaskan kembali pada 10 Juli bahwa Israel harus mundur dari Ghajar.

Keesokan harinya, Pemerintah Lebanon mengeluh kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa Israel telah sepenuhnya menduduki desa tersebut. Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati juga mengumumkan bahwa Israel bertanggung jawab atas 18 pelanggaran di perbatasan.

Sebelum perkembangan ini, Hizbullah telah mendirikan tenda di Peternakan Shebaa dan perbukitan Kfar Shouba dekat perbatasan pada awal Juni. Area Peternakan Shebaa telah berada di bawah pendudukan Israel sejak 1967.

Menurut surat kabar harian Lebanon yang berafiliasi dengan Hizbullah Al-Akhbar, Israel mengirim pesan kepada Pemerintah Lebanon mengenai tenda-tenda Hizbullah melalui Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Beirut. Tel Aviv tidak ingin masuk ke dalam konflik militer dengan Beirut karena tenda-tenda itu.

Israel juga menyampaikan permintaan pemindahan tenda ke pemerintah Lebanon melalui United Nations Interim Peacekeeping Force (UNIFIL) di perbatasan. Sebagai tanggapan, Habib mengatakan pada 10 Juli, UNIFIL menyampaikan permintaan Israel untuk memindahkan tenda tersebut.

“Mereka harus mundur dari desa dulu. Itu adalah bagian dari wilayah Lebanon," kata Habib.

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan kepada harian Nida al-Watan pada 11 Juli, bahwa mereka siap untuk menarik perbatasan darat dengan Israel. Area ini dikenal sebagai Garis Biru yang dikendalikan UNIFIL.

Ada garis perbatasan sepanjang 120 kilometer  antara Lebanon dan Israel di bawah kendali UNIFIL. Kedua negara mencapai kesepakatan pada Oktober 2022 tentang demarkasi perbatasan laut yang disengketakan.

Ketegangan tetap tinggi di perbatasan Lebanon-Israel....

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement